Serius Memperjuangkan Kepentingan Perempuan





Saya saksikan dan saya "niteni" memang "iya" , perempuan kadangkala tidak sadar bahwa ia telah melemahkan dirinya sendiri dan kaumnya.

Di tempat kerja dan lingkungan sosial masih ada perempuan terperangkap dalam perundungan. Perundungnya perempuan dan laki-laki.

Perempuan yang melejit prestasi kerjanya, ada saja tekanan dari atas agar perempuan tersebut tidak banyak diberdayakan di bidang lain. Dibuatlah framing bahwa perempuan tersebut tidak patuh aturan organisasi atau instansi atau komunitas. Perempuan lainnya tidak kuasa membela atau bahkan merasa kebetulan temannya tidak diberdayakan. Entahlah. 

Perempuan masih merelakan lisannya menggunjing sesama perempuan tentang perilaku kerjanya dan perilaku hidupnya. Perempuan masih memandang dan berujar sinis ke perempuan lainnya ketika ia kalah bagus prestasinya. Ada pula hanya sekedar ingin mengungkapkan rasa tidak nyaman melihat perilaku perempuan, gunjingan pun dilancarkan. Nyata-nyata disampaikan di ruang terbuka dengan kesan merendahkan pun juga ada. Ini dengan sesama perempuan.

Seharusnya perempuan berprestasi yang ditekan oleh upaya marginalisasi kepentingan tertentu layak dibela. Perlakukan perempuan tersebut sebagai wakil kelompok perempuan yang mewakili kesuksesan bersama. Ia bisa menjadi sumber belajar, mengisnpirasi, memberi contoh, dan tempat berkonsultasi sesuai bidang yang digeluti bersama. Tapi, nyatanya kaum perempuan kurang greget menuju ke sana. 

Jika ada perilaku kerjanya atau perilaku hidupnya tidak tepat, tentunya semakin mempererat kebersamaan jika diingatkan dengan suasana kebersamaan. Lebih bijak dan lebih cerdas dari menggunjing dan merundung bukan?

Perempuan kadangkala juga melemahkan dirinya sendiri dengan malas menambah wawasan. Kurang wawasan akan menjadi bahan olok-olok lagi. Kurang pengetahuan menyebabkan perempuan tidak tahu dirinya diperlakukan tidak semestinya. Seperti apa pelabelan, marginalisasi, dan budaya patriarki dalam ujaran dan perilaku mereka tidak tahu.

Kerap kali perempuan ikut pula melanggengkan pelabelan yang tak menguntungkan. Mengadvokasi dirinya tapi tak tepat.

" Maklum peran multitasking, jadi ndak fokus, suka lupa.." yang tak punya peran multitasking juga bisa lupa, pernah tak fokus jugakan?

Perempuan juga menyetujui budaya patriarki berlangsung di lingkungannya dengan memilih pemimpin tidak melihat kinerjanya, tapi karena jenis kelaminnya. 

" Iyo, enak wong lanang sing mimpin, cekat ceket". Perempuan yang kerjanya "cekat-ceket" atau energik, dan cepat tuntas banyak juga. Mereka yang berani menjadi pemimpin sudah memiliki keahlian itu, dan terbukti.

Antara lain gara-gara budaya patriarki inilah perempuan diajak meminggirkan / marginalisasi kaumnya sendiri tidak menyadarinya. Perempuan yang berpotensi lebih baik kinerjanya dari laki-laki diupayakan tidak diberdayakan di bidang lain, terkendala naik jabatan dengan dalih "pantes wong lanang sing njabat" Anehnya perempuan yang lain tidak berkutik untuk memperjuangkan. 

Nah, ilmu pengetahuan sepertinya yang mampu menolong perempuan agar bisa menjaga dirinya sendiri, memperjuangkan kaumnya dan berbuat dan berkarya lebih banyak untuk kepentingan yang lebih luas lagi.


Astatik Bestari

Jombang, 15 Januari 2021

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer