Uripku Tak Setel Woles
Seorang perempuan sibuk ( wanita karier) meninggal dunia . Penyebab meninggalnya karena kecapekan merawat suami yang beberapa hari lalu kecelakaan ditambah menerima tamu yang jenguk suami almarhumah dalam jumlah banyak.
.
Lepas dari yang namanya takdir, nyatanya kesanggupan hati tak sejalan dengan kesanggupan fisik. Benar adanya banyak kawan saya yang selalu mendoakan saya kiranya kesehatan dan kesabaran menyertai saya dalam merawat suami saya. Terimakasih, Sahabat.
"Uripku tak setel woles". Saya bersama anak saya merawat suami sudah 3 Ramdhan, 3 Syawal. Semoga beliau semakin sehat, saya dan anak-anak tetap sehat dan diberi samudera kesabaran serta kasih sayang. Semoga Allah memberi kebahagiaan dan rasa syukur atas semua kenikmatan yang kami terima. Mohon doanya , Sahabat.
.
Doa orang baik sudah, support orang baik sudah. Olah pikir dan olah fisik menjadi tanggung jawab saya sendiri.
.
Baiklah "uripku tak setel woles". Saat masih ada yang abai dengan protokol pencegahan covid-19, saya teguh menjalankannya. Saya menempatkan woles saya di tengah kesinisan mereka yang abai. EGP, emang gue pikirin.
.
"Uripku tak setel woles" gak harus semua kebutuhan hidup pelayanan kesehatan dll, saya urus sendiri, walau nama saya bermakna "I can do". Gak sempat masak, ya beli makanan. Gak mungkin cuci pakaian, ya panggil jasa laundry. Lingkungan rumah kotor, ya pakai jasa tukang kebersihan. Suami perlu perawatan intensif ya ambil jasa home care. Menemani beliau opname di rumah sakit tanpa teman, tak masalah. Sejatinya bagi saya warga rumah sakit adalah lingkungan yg warganya juga berjiwa sosial, pasti ada saja yang akan bantu saya.
.
"Uripku tak setel woles". Ada undangan rapat lembaga, kalau bisa diwakilkan, ya diwakilkan. Ada tugas yang perlu diselesaikan, kalau layak dikerjakan tim, ya tugas harus dibagi habis bersama tim. Saya mengikuti konsep berpikir, pemimpin baik adalah mereka yang mampu membagi tugas habis kepada tim kerrjanya. Saya tidak merasa baik, tapi saya takut bertindak bodoh karena melaksanakan tugas tim , saya sendiri yang melakukan.
.
"Uripku tak setel woles"
Meskipun di rumah ada pekerja bangunan menyelesaikan ruang ketrampilan PKBM, kalau saya ingin lihat koleksi batik jombangan, ya 'diberangkati'. Kalau ingin bertandang ke butik kawan ya langsung berangkat. Mereka tak perlu di-mandor-i , yakin produktivitas kerjanya tetap baik tanpa pengawasan ketat dari pemiliknya.
"Uripku tak setel woles". Peningkatan wawasan pengetahuan juga prioritas hidup kita. Saya juga demikian. Kesibukan merawat suami dan aktivitas hidup lainnya tdk harus menjadi alasan kemalasan menambah pengetahuan. Ada webinar, kalau mungkin, ya ikut.
Undangan wajib dalam PCP berskala nasional di luar Jawa , ditakdirkan Allah bisa melaluinya hingga tugas mandiri selesai disusun.
Ada FGD , konvensi pendidikan tiap enam bulan, dan kegiatan sejenis jika tdk melalaikan tanggung jawab kemanusiaan saya di rumah, ya saya tetap ikut gabung.
Bikin kegiatan workshop membuat APE untuk ABK dan pameran, dilaksanakan.
Ada pelatihan menulis online, ikut. Bikin buku antologi, ikut.
Ada rapat wali murid, rapat wali santri ya harus hadir. Itu bagian dari wujud tanggung jawab saya sebagai orang tua. Masa iya saya iri kepada abinya untuk menghadiri undangan sekolah dan pesantren anak-anak.
.
"Uripku tak setel woles" karena untuk menjalani satu per satu tanggung jawab hidup saya, perlu energi yang dihimpun dengan cara tidak main-main. Sadar bahwa hidup saya bukan untuk diri saya sendiri tapi untuk keluarga kecil saya dan kepenting umum. Skala prioritas tidak hanya urusan pekerjaan kantor, urusan hidup pun juga ada skala prioritas. Dan prioritas hidup saya, saya tidak ingin menjadi korban kesalahan mengambil strategi menjalani hidup. Saya kagum dengan pribadi yang bisa hadir pada tiap kegiatan yang bermanfaat. Saya kagum dengan pribadi yang tetap sehat, tangguh, penolong dan bertanggung jawab di antara tahapan hidupnya yang pastinya tidak selalu datar.
"Uripku tak setel woles" agar bisa melaksanakan tugas hidup yang serius.
Komentar
Posting Komentar