Ketika WA Calling Tak Terjawab ( Cerpen bertenden)
Non fiksi story akhir pekan
Oleh Astatik Bestari
Suatu siang beberapa waktu lalu saya menerima panggilan masuk via aplikasi WA, tapi saya sedang tidak aktif walhasil saya hanya terima notifikasi "panggilan tak terjawab". Karena called lebih dari sekali saya kirimi pesan. "Mohon maaf, saya sedang ada hal penting. Silahkan tinggalkan pesan". Tidak seperti saya terima misscalled jaman dulu, saat tdk ada aplikasi WA. Saya mungkin tanya "siapa" atau "dari mana ini" karena tidak ada identitas nama dan lainnya. Melalui aplikasi WA, saya bisa lihat namanya dan apakah ia segroup WA/WAG dengan saya. Baru saya tanya nama si pemanggil jika foto profil belum saya kenal, nama tidak ada dan tidak termasuk dalam teman WAG saya.
Dari identitas WA si penelpon, saya dapat info kalau ybs adalah teman WAG fakultas saya.
"Hai, aku si Anu. Fakultas bla-bla". Pesan masuk dari ybs.
"O, inggih. Yang dulu dekat si Ano gih? " Saya imbangi SKSDnya ( Sok Kenal Sok Dekat) . Dari info di WA ybs adalah teman WAG dari golongan alumni yang sudah kawak alias tua banget alias kakak kelas saya, sehingga penting bagi saya untuk berbahasa Jawa yang halus. Saya tak perduli ybs Javanese atau bukan. Saya yakin setidaknya 4 tahun kuliah di Jawa di masa lalu, sudah memahamkan bahasa komunikasi (bahasa daerah) yang notabene kampusnya ada di Jawa ini .
FYI, saya itu menjadi anggota 2 WAG alumni fakultas yang sama, 1 WAG yang anggotanya adik -adik yang tahun lulusnya jauh di bawah saya , 1 WAG anggotanya kakak -kakak yang tahun lulusnya jauh di atas saya. Di antara 2 WAG ini saya pernah leaved group, tapi ada yang memasukkannya lagi.
Yo wes aku tak manut ae, bisa bermanfaat bagi saya untuk sharing tulisan- tulisan saya atau ngiklan-iklan kegiatan PKBM BESTARI ( ehehe... cerdiknya saya😉) ;selain saya juga dapat info-info bermanfaat dari WAG di antara chat-chat para alumni yang saya tidak kenal blas orangnya karena kami beda jauh tahun kuliahnya. Ya sering ndak nyambung apa yang mereka bahas perihal kegiatan mereka yang bernuansa say hello, mengenang masa lalu, dan poyok-poyokan di masa sekarang.
"Lho, bukan. Saya dulu yang di menwa ( Resimen mahasiswa) ". Balas ybs atas SKSD saya tersebut. Saya mulai 'kudu ngguyu'. Bagaimana tidak ingin tertawa jaman saya kuliah dulu saya ndak merasa punya teman anggota menwa yang sefakultas baik teman seangkatan, atau teman beda angkatan (yang semesternya di atas atau di bawah saya).
Saya balas chatnya
"Saya wisuda tahun 2001.Njenengan tahun berapa? "
" Aku tahun 1989" Nah, yakan? Ybs dari WAG lulusan fakultas saya generasi tua. Lalu saya cuma balas chat-chatnya yang isinya pertanyaan umum seperti anaknya berapa, rumahnya di mana,kerjanya apa. Sampai chat berakhir saya belum menemukan asumsi saya bahwa mungkin ybs akan mendaftarkan sekolah atau sekedar tanya info seputar Paket A, atau Paket B, atau Paket C yang saya selenggarakan. Asumsi saya ini terbangun dari seringnya dapat wapri dari nomer yang tak ada dalam kontak saya biasanya berupa info iklan (tidak sering amat), permintaan info seputar sekolah Paket A/B/C yang ada di PKBM Bestari dan lain-lain seputar aktivitas publik saya.
"Ngapunten kalau pertanyaan Njenengan saya tidak banyak yang nyambung ". Chat saya bermaksud mengakhiri.
"O tidak apa -apa". Balasnya dan tak saya balas lagi.
=======
Kamus
Ybs= yang bersangkutan
FYI= for your information
Anu dan Ano nama samaran tokoh cerita.
Fakultas bla-bla = nama fakultas yang disamarkan
=====
Tendensi cerita
1. Jangan terburu -buru leaved WAG dengan alasan apapun, sebelum yakin betul WAG tsb memang benar-benar tak ada manfaatnya.
2. Menumbuhkan literasi digital skala kecil, baca seluruh identitas lawan komunikasi sosmed sebelum bertanya, karena aplikasi sosmed selalu memiliki data pribadi penggunanya kecuali jika pengguna mengatur privasi menjadi info yang dirahasiakan. Hal ini juga mengurangi basa basi yang tak penting dalam proses chat di sosmed.Dari info kontak WA kita bisa menempatkan diri dengan siapa kita sedang berkomunikasi dengan bahasa dan kosakata yanh sesuai tentunya
Oleh Astatik Bestari
Suatu siang beberapa waktu lalu saya menerima panggilan masuk via aplikasi WA, tapi saya sedang tidak aktif walhasil saya hanya terima notifikasi "panggilan tak terjawab". Karena called lebih dari sekali saya kirimi pesan. "Mohon maaf, saya sedang ada hal penting. Silahkan tinggalkan pesan". Tidak seperti saya terima misscalled jaman dulu, saat tdk ada aplikasi WA. Saya mungkin tanya "siapa" atau "dari mana ini" karena tidak ada identitas nama dan lainnya. Melalui aplikasi WA, saya bisa lihat namanya dan apakah ia segroup WA/WAG dengan saya. Baru saya tanya nama si pemanggil jika foto profil belum saya kenal, nama tidak ada dan tidak termasuk dalam teman WAG saya.
Dari identitas WA si penelpon, saya dapat info kalau ybs adalah teman WAG fakultas saya.
"Hai, aku si Anu. Fakultas bla-bla". Pesan masuk dari ybs.
"O, inggih. Yang dulu dekat si Ano gih? " Saya imbangi SKSDnya ( Sok Kenal Sok Dekat) . Dari info di WA ybs adalah teman WAG dari golongan alumni yang sudah kawak alias tua banget alias kakak kelas saya, sehingga penting bagi saya untuk berbahasa Jawa yang halus. Saya tak perduli ybs Javanese atau bukan. Saya yakin setidaknya 4 tahun kuliah di Jawa di masa lalu, sudah memahamkan bahasa komunikasi (bahasa daerah) yang notabene kampusnya ada di Jawa ini .
FYI, saya itu menjadi anggota 2 WAG alumni fakultas yang sama, 1 WAG yang anggotanya adik -adik yang tahun lulusnya jauh di bawah saya , 1 WAG anggotanya kakak -kakak yang tahun lulusnya jauh di atas saya. Di antara 2 WAG ini saya pernah leaved group, tapi ada yang memasukkannya lagi.
Yo wes aku tak manut ae, bisa bermanfaat bagi saya untuk sharing tulisan- tulisan saya atau ngiklan-iklan kegiatan PKBM BESTARI ( ehehe... cerdiknya saya😉) ;selain saya juga dapat info-info bermanfaat dari WAG di antara chat-chat para alumni yang saya tidak kenal blas orangnya karena kami beda jauh tahun kuliahnya. Ya sering ndak nyambung apa yang mereka bahas perihal kegiatan mereka yang bernuansa say hello, mengenang masa lalu, dan poyok-poyokan di masa sekarang.
"Lho, bukan. Saya dulu yang di menwa ( Resimen mahasiswa) ". Balas ybs atas SKSD saya tersebut. Saya mulai 'kudu ngguyu'. Bagaimana tidak ingin tertawa jaman saya kuliah dulu saya ndak merasa punya teman anggota menwa yang sefakultas baik teman seangkatan, atau teman beda angkatan (yang semesternya di atas atau di bawah saya).
Saya balas chatnya
"Saya wisuda tahun 2001.Njenengan tahun berapa? "
" Aku tahun 1989" Nah, yakan? Ybs dari WAG lulusan fakultas saya generasi tua. Lalu saya cuma balas chat-chatnya yang isinya pertanyaan umum seperti anaknya berapa, rumahnya di mana,kerjanya apa. Sampai chat berakhir saya belum menemukan asumsi saya bahwa mungkin ybs akan mendaftarkan sekolah atau sekedar tanya info seputar Paket A, atau Paket B, atau Paket C yang saya selenggarakan. Asumsi saya ini terbangun dari seringnya dapat wapri dari nomer yang tak ada dalam kontak saya biasanya berupa info iklan (tidak sering amat), permintaan info seputar sekolah Paket A/B/C yang ada di PKBM Bestari dan lain-lain seputar aktivitas publik saya.
"Ngapunten kalau pertanyaan Njenengan saya tidak banyak yang nyambung ". Chat saya bermaksud mengakhiri.
"O tidak apa -apa". Balasnya dan tak saya balas lagi.
=======
Kamus
Ybs= yang bersangkutan
FYI= for your information
Anu dan Ano nama samaran tokoh cerita.
Fakultas bla-bla = nama fakultas yang disamarkan
=====
Tendensi cerita
1. Jangan terburu -buru leaved WAG dengan alasan apapun, sebelum yakin betul WAG tsb memang benar-benar tak ada manfaatnya.
2. Menumbuhkan literasi digital skala kecil, baca seluruh identitas lawan komunikasi sosmed sebelum bertanya, karena aplikasi sosmed selalu memiliki data pribadi penggunanya kecuali jika pengguna mengatur privasi menjadi info yang dirahasiakan. Hal ini juga mengurangi basa basi yang tak penting dalam proses chat di sosmed.Dari info kontak WA kita bisa menempatkan diri dengan siapa kita sedang berkomunikasi dengan bahasa dan kosakata yanh sesuai tentunya
Komentar
Posting Komentar