Media Pembelajaran Bahasa Inggris
BAHAN
PELATIHAN ING-C3
MEDIA
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Bahan
Pelatihan Terintegrasi Guru SMP
Jam
Pertemuan: 8 x 45 menit
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
DIREKTORAT PENDIDIKAN LANJUTAN PERTAMA
2004
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
B. KOMPETENSI
YANG TERCAKUP
C. PENTINGNYA
MEMPELAJARI BAHAN PELATIHAN INI
D. ORGANISASI
PENYAMPAIAN MATERI
BAB II VARIASI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
A. BEBERAPA PERTIMBANGAN
1.
Peran guru
2.
Peran murid
3.
Organisasi kelas
4.
Variasi media dan kegiatan
5.
Empat tahap pembelajaran
B. MEDIA DAN IMPLEMENTASINYA
1. Definisi media
2.
Fungsi media
3. Jenis media
4. Pemilihan media
C. IMPLEMENTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Penggunaan Realia
2. Penggunaan authentic material
3. Penggunaan papan tulis
4. Penggunaan tape recorder
5. Penggunaan Flashcard
6. Penggunaan video film
7. Penggunaan komputer dan internet
D. EVALUASI
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA
BAB III EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kita semua mafhum bahwa
kemampuan berbahasa Inggris merupakan suatu keharusan untuk bertahan dalam
kompetisi global. Kenyataannya, kemampuan berbahasa Inggris siswa sewaktu
mengenyam pendidikan di tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah umum (SMU), bahkan di tingkat perguruan tinggi pun
belum optimal dan cenderung terjadi penurunan kualitas yang dimiliki siswa dari
tahun ke tahun. Kondisi ini dipertegas oleh Prof. DR. Veronica Listyani
Diptoadi, M.Sc. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Unika Widya Mandala
Surabaya dengan judul Teaching English as a Foreign Language and Reading
pada tanggal 26 Januari 2003.
Muatan pendidikan yang
menekankan kecakapan atau keterampilan hidup (life skills) antara lain
ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa asing di samping berbahasa Indonesia
(Undang-Undang No.25 tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004). Sebagai alat
komunikasi, bahasa Inggris akan tetap menjadi “the world standard language”
sebagaimana proyeksi para pakar di majalah The Economist. Oleh karena
itu bahasa Inggris menjadi salah satu keterampilan hidup yang harus dikuasai
setiap siswa agar mereka memiliki keunggulan kompetitif baik dalam memasuki
dunia kerja maupun ketika hendak meneruskan ke perguruan tinggi.
Porsi pembelajaran bahasa
Inggris di SMP dan SMU sebenarnya cukup memadai karena merupakan mata pelajaran
wajib. Di SMP, bahasa Inggris diajarkan selama 4 jam pelajaran (@45 menit) per
minggu. Sedangkan di SMU, bahasa Inggris diajarkan selama 4 jam per minggu di
kelas satu dan dua. Ketika menginjak kelas tiga, para siswa mendapat porsi
pelajaran bahasa Inggris selama 5 jam per minggu untuk jurusan Sosial dan IPA;
sedangkan jurusan Bahasa mendapat 11 jam pelajaran per minggu. Dalam satu tahun
akademik yang berjumlah 36 minggu, siswa SMP mendapatkan pelajaran bahasa
Inggris selama 130 jam pelajaran dan 368 jam pelajaran dalam tiga tahun.
Apabila jam pelajaran di SMP dan SMU diakumulasikan, para siswa telah
mendapatkan 736 jam pelajaran. Hal ini merupakan jumlah waktu yang sangat
signifikan untuk bisa menguasai bahasa asing.
Saat
ini, masyarakat mengeluhkan tentang rendahnya kemampuan siswa dalam berbahasa
Inggris. Keluhan yang sama juga dirasakan oleh perguruan tinggi yang menerima
mahasiswa tamatan SMU. Banyak di antara mereka yang diminta menyelesaikan tugas
membaca buku berbahasa Inggris merasa kewalahan bahkan tidak “bunyi” sama
sekali, meskipun harus diakui ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan bahasa
Inggris bagus.
Di antara sekian faktor salah
satunya adalah karena kehidupan kelas yang membosankan. Secara umum kondisi
kelas yang jauh dari rasa menggairahkan proses pembelajaran bahkan memenjarakan
kecerdasan siswa sebenarnya sudah menjadi objek kritik pedas dalam kemasan
sinisme, satire, dan sarkasme yang menohok kenyataan-kenyataan praktek pendidikan
di lapangan. Bahkan kritik itu ditulis dalam berbagai buku misalnya The End
of School oleh Everet Reimer dan Pedagogy of the Opressed dalam
pandangan Paulo Freire serta The End of Education menurut Neil Postman.
Menciptakan sebuah
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning) merupakan sebuah
tantangan di mana guru haruslah mampu melakukan orkestrasi terhadap segala
kemampuan yang ada menjadi sebuah kekuatan pembelajaran total. Rasa senang
dalam pembelajaran karena adanya totalitas dalam inderawi kita untuk aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam konteks inilah media pembelajar
menemukan arti pentingya. Karena bila diimplementasikan secara tepat dan
kreatif, media akan menjadi sarana yang efektif untuk menggugah totalitas
inderawi dalam pembelajaran.
Media pembelajaran yang
memiliki fungsi utama untuk meningkatkan motivasi siswa, mencegah kebosanan
siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran dan memperkuat pemahaman siswa
dalam konteks yang nyata sangatlah penting untuk dikuasai guru. Melalui sebuah
proses pemahaman yang baik tentang media, penguasaan strategi pemilihan yang
tepat, dan penggunaan secara kreatif dalam kemasan tindakan yang variatif,
kompetensi guru akan semakin meningkat. Bahan pelatihan ini dibuat dengan satu
maksud untuk menjembatani pencapaian kompetensi guru tersebut.
F.
KOMPETENSI YANG TERCAKUP
1. Mampu membuat pertimbangan rasional dalam
memilih berbagai media pembelajaran yang ada.
2. Mampu mengimplementasikan media
pembelajaran dalam konteks pengajaran yang tepat secara variatif.
3. Mampu melaksanakan berbagai kegiatan
pembelajaran secara kreatif berdasarkan media yang digunakan.
G.
PENTINGNYA MEMPELAJARI BAHAN PELATIHAN INI
1. Peserta memperoleh pemahaman dan kesadaran
pentingnya penggunaan berbagai media untuk proses pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam memilih dan menggunakan atau menciptakan media yang tepat untuk suatu
proses pembelajaran.
3. Meningkatkan kemampuan melaksanakan
berbagai kegiatan pembelajaran secara kreatif berdasarkan media yang digunakan.
H.
ORGANISASI PENYAMPAIAN MATERI
Bahan ajar ini dikemas dalam
tiga bab besar. Bab I mencakup latar belakang adanya bahan pelatihan media
pembelajaran bahasa Inggris ini, kompetensi yang tercakup dalam bahan ajar ini,
dan pentingnya mempelajari bahan pelatihan ini, serta bagaimana pembahasan
dalam bahan pelatihan ini diorganisasikan.
Bab II yang merupakan batang
tubuh dari bahan pelatihan ini mencakup tiga bagian penting. Bagian pertama
membahas berbagai informasi seputar beberapa hal yang perlu ditekankan agar
penggunaan media bisa berfungsi secara efektif. Pada bagian kedua pembahasan
terfokus pada konsep media pembelajaran itu sendiri, jenis-jenis media
pembelajaran, bagaimana cara memilihnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.
Bagian ketiga berfokus pada pembahasan tentang bagaimana menggunakan media
pembelajaran dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris. Penggunaan media
pembelajaran itu mencakup tentang pengunaan (1) realia, (2) authentic material,
(3) papan tulis, (4) tape recorder, (5) flashcard, (6) video film, dan (7)
komputer-internet.
Bab III berisi tentang
evaluasi terhadap pemahaman dan unjuk kerja kompetensi penggunaan media dalam
pembelajaran bahasa Inggris.
BAB II
VARIASI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
E. BEBERAPA PERTIMBANGAN
1. Peran guru
Guru haruslah mampu
menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan
siswa. Pembelajaran yang ada di kelas maupun di luar ruang kelas bukanlah
sekedar penyampaian informasi kepada siswa. Pembelajaran yang diselenggarakan
guru haruslah melibatkan mental dan tindakan serta keseluruhan inderawi secara
total, jadi bukan hanya sekedar konsumsi otak semata. Guru perlu melatih siswa
untuk mempelajari gagasan, memecahkan masalah, dan merefleksikan apa yang
dipelajari dalam kehidupannya.
Dalam konteks penggunaan media
pembelajaran, guru merupakan salah satu kunci dalam melakukan inisiasi agar
kelas berjalan kondusif. Gurulah yang harus menyatukan berbagai kekuatan media
dengan beragam kegiatan yang relavan dengan tujuan instruksional. Guru pula
yang memiliki tanggung jawab penuh dalam menciptakan lingkungan pembelajaran
yang berhasil.
Betapapun canggihnya teknologi
jika tidak digunakan secara kreatif maka hanya sedikit sekali kontribusinya
terhadap hasil pembelajaran. Media akan kehilangan makna jika kegiatan-kegiatan
yang dibuat kurang menarik dan miskin variasi. Jelas kiranya bahwa guru
haruslah percaya diri dan kreatif dalam menggunakan media sesederhana apapun.
Sedangkan dalam menggunakan media yang canggih seperti internet, guru dituntut
untuk menunjukkan kemampuan dalam mengoperasikannya.
Media akan menjadi alat bantu
yang efektif tatkala guru mampu mengemas beberapa kegiatan yang memungkinkan
siswa untuk mengembangkan dirinya sendiri secara aktif. Sebaliknya, media hanya
akan menjadi beban baik dalam proses pemilihan maupun penggunaannya bila justru
dengan media itu seluruh prosesnya ditanggung oleh guru. Artinya dengan adanya
media ini juga akan ada semacam katalisator untuk “berbagi tanggung jawab”
dalam proses pembelajaran.
2. Peran murid
Dalam proses
pemebelajaran yang benar, siswa harus dalam kondisi aktif. Belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik
hati. Siswa haruslah secara proaktif menunjukkan partisipasinya dalam kelas.
Siswa harus menumbuhkan sikap
berani mnencoba tanpa ada rasa takut untuk berbuat kesalahan. Kesalahan
merupakan titik awal untuk lebih dan lebih keras lagi dalam belajar. Proses
pembelajaran yang berhasil merefleksikan atas kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukan justru akan memungkinkan pengetahuan atau informasi yang didapat itu
akan teringat terus.
Pembelajaran yang paling baik
adalah jika siswa ikut terlibat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
ada. Di sinilah letak pentingnya para siswa itu memiliki strategi belajar yang
memungkinkan dirinya berkembang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki.
Kemampuan dan kemauan untuk terlibat secara aktif merupakan parameter bahwa
pembelajaran berjalan dengan benar.
Keefektivan pembelajaran dapat
ditingkatkan kalau siswa dapat memahami gaya belajarnya sebagai strategi yang
khas serta dapat mendayagunakan secara optimal fikiran dan hatinya. Peran siswa
untuk dapat lebih aktif dengan menggunakan strategi belajar yang tepat,
memberikan masukan konstruktif kepada guru untuk capaian yang optimal dan
memberikan balikan yang memungkinkan proses perbaikan untuk yang akan datang,
merupakan kondisi yang baik dalam rangka pengembangan kegiatan berbasis media
pembelajaran yang ada.
3. Organisasi kelas
Salah satu perkembangan dalam
pengajaran bahasa sekarang ini adalah bagaimana mengorganisasi siswa di ruang
kelas. Manfaatnya terletak pada tingkat interaksi antar siswa dan pengaruh
situasi pada perasaan dalam menggunakan bahasa. Jika suasana kondusif maka
media dapat memainkan peran pentingnya secara optimal dalam memotivasi siswa,
menjadikan bahasa yang sedang diajarkan kontekstual, memberikan acuan yang riil
dan membantu menjaga disiplin kegiatan.
Organisasi kelas yang baik
juga dapat menjadi sarana untuk sosialisasi dengan teman yang lain secara lebih
baik. Siswa akan terbiasa dengan sikap menghargai pendapat teman lain yang
berbeda. Dengan kerja sama dalam kelas secara sinergis akan memungkinkan para
siswa untuk bersikap empati terhadap orang lain sehingga setiap siswa akan
mampu mengendalikan egoisme yang berlebihan pada dirinya.
Ada dua hal dasar dalam
organisasi yang berhasil; siswa harus jelas tentang apa yang akan mereka
lakukan, dan siswa harus menggunakan sebanyak mungkin bahasa Inggris dalam
melakukan kegiatan itu. Terdapat banyak cara mengorganisasi kelas; di antaranya
sebagai berikut:
Classwork
Bentuk organisasi kelas dapat mengambil beberapa bentuk di antaranya adalah
yang paling konvensional dengan bentuk o atau o
Sebagai refreshing agar
terhindar dari rasa bosan, beberapa bentuk organisasi kelas dapat diubah dalam
bentuk O atau U.
Pairwork
Bentuk organisasi berpasangan
merupakan bentuk paling dasar dalam kerja sama dengan teman lain. Biasanya
dengan teman sebangku, sehingga tidak perlu menggeser kursi. Untuk memberikan
variasi pasangan, siswa bisa saling bertukar anggota dengan pasangan lain
sehingga pasangan baru terbentuk.
Groupwork
Organisasi kelompok merupakan
bentuk kerja kooperatif yang cukup besar jumlahnya untuk menjalin hubungan yang
dinamis namun sekaligus cukup kecil untuk mendorong siswa turut ambil bagian.
Banyak sekali variasi kegiatan yang dapat dilakukan dalam groupwork ini,
beberapa di antaranya adalah:
a. Buzzgroups: sebuah masalah didiskusikan oleh kelompok kecil
selama beberapa menit sebelum melihat pemecahan atau laporan di depan siswa
secara keseluruhan.
b. Hearing: satu siswa dari setiap kelompok ditunjuk sebagai
“pakar”. Lalu pakar itu mendiskusikan pertanyaan mengenai topik tertentu dan
dapat diinterview oleh sebuah panel dari siswa yang kemudian membuat sebuah
keputusan tentang pertanyaan itu.
c. Fishbowl: semua anggota kelas duduk dalam lingkaran besar.
Di tengah lingkaran ada lima kursi. Tiga kursi diduduki oleh siswa yang
mengungkap pandangannya tentang topik atau pertanyaan yang diketahui sebelumnya
(utamakan yang kontroversial). Tiga siswa itu memulai diskusi. Para siswa yang
memiliki pandangan berbeda dapat bergabung untuk menduduki dua tempat yang
tersisa. Siswa yang berada di lingkaran besar bisa saja menggantikan pembicara di
lingkaran kecil dengan memegang pundaknya jika mereka ingin sekali
mempresentasikan kasus itu dengan lebih baik.
d. Network: kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan tidak lebih dari sepuluh siswa. Setiap kelompok menerima satu
gulung benang. Siapa saja yang berbicara tentang topik yang dipilih harus
memegang gulungan benang itu. Ketika siswa itu selesai bicara maka gulungan itu
diberikan kepada pembicara berikutnya, tetapi dia tetap memegang benang itu.
Dengan demikian, jaring-jaring benang akan terbentuk. Dari sini akan terlihat
siapa yang berbicara paling banyak dan siapa yang paling sedikit.
e. Onion: kelas dibagi dalam dua kelompok besar. Seluruh
kursi yang ada dalam kelas disusun dalam sebuah lingkaran ganda. Kursi yang
berada dalam lingkaran luar menghadap ke dalam dan kursi yang ada dalam
lingkaran dalam menghadap keluar, sehingga siswa yang duduk di lingkaran luar
akan berhadapan dengan siswa yang duduk di lingkaran dalam. Setelah beberapa
menit diskusi berjalan, seluruh siswa yang duduk di lingkaran luar bergeser
satu kursi di sebelah sehingga sekarang mereka punya pasangan baru untuk
diskusi selanjutnya.
f. Star: empat hingga enam kelompok kecil mencoba untuk
mencari pandangan umum atau solusi. Setiap kelompok memilih seorang pembicara
yang tetap berada dalam kelompok itu namun memiliki ijin untuk memasuki diskusi
pada kelompok lain.
g. Opinion vote: setiap siswa menerima kartu voting dengan nilai 1
hingga 5 (1 = agree completely, 5 = disagree completely). Setelah sebuah
permasalahan (yang perlu diungkapkan sebagai pernyataan) didiskusikan beberapa
lama, setiap siswa di voting; dari sini distribusi dari pendapat yang berbeda
selintas dapat dilihat.
h. Forced contribution: untuk meyakinkan bahwa seluruh anggota
kelompok memberikan pandangannya dalam diskusi, nomor diberikan untuk
menentukan urutan berbicara dari seluruh anggota.
‘Pyramid grouping’ atau ‘snowballing’
Bentuk organissi ini sangat
praktis dan dapat membantu guru dalam semua pengajaran. Bentuk ini menjadikan
setiap individu siswa mengambil tanggung jawab yang biasanya bisa dihindari
dalam kerja kelompok. Teknik ini juga memungkinkan siswa untuk menghargai
perbedaan pendapat dari orang lain dalam melihat sesuatu, dan hal ini sangat
bermanfaat dalam menemukan solusi yang optimal. Tahapan kerjanya adalah sebagai
berikut:
a.
Para
siswa mulai bekerja secara individual.
b. Kemudian setiap siswa berpasangan dengan
siswa lain dan membandingkan kerja mereka. Keduanya dapat diminta untuk membuat
sebuah kesepakatan.
c. Sekarang empat siswa menjadi satu kelompok.
Masing-masing pasangan bercerita pada pasangan yang lain tentang apa yang telah
mereka sepakati. Kelompok ini juga diminta untuk berusaha mencari kesepakatan.
d. Hal yang sama dilakukan pada dua kelompok,
sehingga setiap kelompok terdiri dari delapan siswa.
e. Akhirnya, diadakan diskusi kelas tentang
apa yang disepakati dalam kelompok mereka.
4. Variasi media dan kegiatan
Berbagai penelitian mendukung
pentingnya variasi penggunaan media dalam pembelajaran guna meningkatkan
kualitas pembelajaran. Media audiovisual,
dari yang canggih seperti televisi, film dan perlengkapan berbantu komputer
hingga yang sederhana seperti alat peraga, ilustrasi, dan ekskursi, menjadi
bagian yang penting dalam setiap tingkatan pembelajaran.
Perpindahan perhatian siswa
yang tepat dari mode aural seperti
pembicaraan guru menuju ke mode visual seperti ilustrasi di papan tulis, atau
dari mode visual katakanlah gambar menuju ke mode visual yang lain katakanlah
sebuah benda, cenderung mampu meningkatkan kadar perhatian para siswa. Di sinilah
guru memainkan perannya sebagai stimuli (Gage dan Barliner, 1977). Stimuli yang
tidak berubah-ubah merupakan kondisi monoton dan mengundang rasa bosan siswa,
sementara variasi dalam media maupun kegiatan pembelajaran akan membangkitkan
rasa ingin tahu (curiosity) atau ‘exploratory behaviour’ dan
meningkatkan perhatian siswa.
5. Empat tahap pembelajaran
Sebagaimana diungkap oleh
Hammond (dalam Helena, 2004), untuk mencapai kompetensi komunikatif sebagai the
ultimate goal suatu pembelajaran terdiri dari empat tahap. Empat tahap itu
adalah building knowledge of field, modelling of the text, joint
construction of text, dan independent construction of text. Dalam
konteks penggunaan media, guru harus memperhatikan proporsi dan variasi
penggunaan media dalam setiap tahapan itu. Dalam setiap tahapan tidaklah
mungkin sama tingkat intensitas penggunaan media; karenanya guru harus
proporsional.
Bagian pertama disebut Building
Knowledge of Field yaitu membicarakan topik yang akan dibahas. Kegiatan ini
bersifat interaktif antara guru dan siswa, siswa dan siswa sehingga
keterampilan listening dan speaking dimulai di sini. Misalnya
membicarakan makanan yang paling dikenal siswa seperti mie goreng instant.
Media realia berupa satu bungkus Indomie goreng dapat dipakai sebagai penarik
perhatian.
Guru dapat meminta siswa untuk
berpartisispasi dalam mengembangkan kosa kata yang diperlukan dalam membuat mie
goreng instant, mulai dari kata benda, kata kerja dan tata bahasa yang
digunakan untuk teks ini misalnya imperative. Kegiatan belajar membuka
kamus dapat dilakukan di sini. Gambar-gambar yang ditempel pada flashcard dapat
digunakan sebagai media untuk
mengenalkan siswa kepada noun phrase yang relevan seperti frasa red
tomatoes dengan menunjukkan gambar tomat berwarna merah.
Tahap kedua dilakukan modelling of text guna mengenalkan
teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis teks procedure.
Pada tahap ini guru menyajikan teks conversation, misalnya, antara ibu
dan anak yang sedang memasak di dapur, memesan makanan di restoran, meminta
tolong kepada pelayan toko dengan ungkapan yang sederhana dan relevan dengan
kehidupan anak. Sedangkan teks tulis seperti resep juga dapat dikenalkan pada
tahap ini dengan menggunakan bahasa yang khas resep; artinya, tanpa basa-basi
kesantunan, padat, ringkas dan bentuk dan unsur teksnya cenderung tetap, yakni:
judul, bahan, cara memasak, cara menghidangkan. Bungkus Indomie tetap bisa
digunakan sebagai Authentic Material
namun difokuskan pada teks cara memasaknya.
Tahap ketiga adalah digunakan
untuk kegiatan joint construction of text
yang berarti siswa secara bersama-sama, misalnya dalam kelompok atau
berpasangan, menciptakan conversation
sederhana mengenai cara membuat makanan kemudian menyusun resep makanan yang
mereka bicarakan bersama-sama. Petunjuk memasak dapat digandakan dan dibagikan
agar siswa mencontoh dan memodifikasinya untuk diterapkan dalam konteks resep
baru.
Tahap terakhir adalah melatih
siswa untuk menciptakan teks secara mandiri yang disebut Independent Construction of text. Pada tahap ini siswa diharapkan
mampu melakukan conversation yang melibatkan tindak tutur yang digunakan
dalam teks prosedur dalam konteks yang baru secara mandiri atau spontan.
Sedangkan dalam hal teks tulis, siswa diharapkan mampu menulis, misalnya resep
masakan yang disukainya secara mandiri dengan menggunakan tata bahasa dan tata
tulis yang sudah dipelajarinya. Hasil tulisan tersebut harus difahami oleh
pembacanya dengan baik. Siswa dapat saling bertukar resep atau menempelkan
resep-resep mereka di dinding dengan diberi ilustrasi gambar. Siswa diharapkan
merasa bangga akan hasil karyanya dan mempublikasikannya di ruang kelas.
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap senang menulis dan tidak malu
mempublikasikan tulisan. Bila guru ingin menggunakannya sebagai media
pembelajaran, karya-karya itu dapat dipilih yang paling menarik atau yang
representatif.
F. MEDIA DAN IMPLEMENTASINYA
1. Definisi media
Kata media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang
diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di
Amerika misalnya membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar.
Agak berbeda dari itu
semua adalah batasan yang diberikan oleh National Education Association (NEA).
Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual
serta peralatannya.
Apapun batasan yang
diberikan, ada persamaan-persamaan yang dapat dikombinasikan bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Sadiman et
al, 2002)
2. Fungsi media
Media dapat digunakan
untuk mengatasi rasa kebosanan siswa; jika siswa tertarik dengan apa yang
mereka kerjakan, mereka akan menikmati proses belajar mengajar dan memahami
materi yang diberikan (Ur, 1988).
Hal senada juga
diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki (2000) dalam bukunya Quantum Learning,
bahwa media visual/alat peraga dapat menciptakan lingkungan yang optimal, baik
secara fisik maupun mental. Hal yang terpenting adalah bahwa media mampu
mendorong siswa untuk berbicara, menulis; dan dengan menggunakan media proses
belajar mengajar dan hubungan antara guru-siswa akan terjalin lebih efektif.
Menurut Sukartiwi (1996),
ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan media yaitu:
a.
meningkatkan
motivasi siswa
b.
mencegah
kebosanan siswa dalam mengikuti suatu proses belajar mengajar
c.
menjadikan
proses belajar mengajar berjalan lebih sistematis
d.
memudahkan
siswa memahami instruksi guru dalam proses belajar mengajar
e.
memeperkuat
pemahaman siswa pada konteks pelajaran yang diharapkan.
Dalam Sydney Micro Skill, media
pembelajaran berfungsi untuk:
a. membangkitkan dan menjaga ketertarikan
siswa.
b. merangsang otak siswa untuk berfikir
dengan landasan yang konkrit.
c. mendapatkan tingkat pemahaman yang tinggi
secara efisien dan tingkat permanensi dalam pembelajaran siswa.
Namun demikian potensi besar
media itu masih kurang dioptimalkan kegunaannya oleh para guru. Beberapa guru masih
memiliki “psychological rejection” dalam penggunaannya dan kurang
terampil dalam implementasinya disebabkan minimnya pelatihan yang dapat
diikuti.
3. Jenis media
Media pembelajaran secara
arbitrer dapat dikategorikan dalam lima kategori sebagai berikut.
a. Visual: Gambar, sketches, ilustrasi, pola, diagram, foto, film, film strip, slide,
chart, graphs (pictorial, lingkaran,
balok, garis), drawings, lukisan,
buletin, koran, majalah, poster, periodical,
buku (teks, referensi, perpustakaan), ensiklopedia, kamus, komik, kartun,
karikatur, peta (wisata, komersial atau ekonomi, politik), globe, direktori
jalan, brosur perjalanan, rute dan timetable
kereta dan pesawat, iklan, calender, mural, tabel, diorama, friezes, simbol
(seperti x à $), demonstrasi, miming, desk presenter.
b. Audio (musik, kata, suara dan efek suara):
rekaman, tape, radio, laporan siswa,
cerita, pusi dan drama, alat musik, pre-recorded
plays, laporan, diskusi.
c. Audio-visual: sound
moving pictures, televisi, puppets
(stick, glove, string), improvized and scripted dramatization, role playing, ekskursi, fenomena alamiah
yang ditemui di sekililing, demonstrasi, LCD, dan computer.
d. Tactile: specimen,
objek, ekshibit, artifact, model, sculptured figure, live and stuffed animals, eksperimen; tools, material yang telah dikonstruksi dari suatu model, mainan,
wayang dan pertunjukan wayang; mengukur dan menimbang, kebun pekarangan; templates, dan termometer.
e. Virtual: Internet, website, e-mail, audio-video streaming, chatting,
messaging, audio-video conferencing, e-newsgroup, cybernews.
4. Pemilihan media
Sebenarnya dasar
pertimbangan untuk memilih media sangatlah sederhana, yaitu apakah media itu
dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Dalam
bahasa yang lebih tegas Mc Connel mengatakan “if the medium fits, use it!”
bila media itu sesui pakailah. (Sadiman et al. 2002)
Pertanyaannya adalah apa
ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah
mudah. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya: tujuan instruksional
yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar
yang diinginkan (audio, visual, gerak, dst), keadaan latar atau lingkungan,
kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor
tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan pemilihan.
Kriteria pemilihan media
harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya
(karakteristik) media yang bersangkutan.
Ely dalam kuliahnya
(Sadiman et al, 2002) menyarankan bahwa pemilihan media sayogyianya
tidak terlepas dari konteksnya karena media merupakan komponen dari sistem
instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah
diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi
belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta
prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis
disarankan untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya,
berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi
selera pemakiannya (siswa dan guru).
Dick dan Carey (dalam
Sadiman et al, 2002) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan
tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: pertama ketersediaan sumber
setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada
sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah
apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga atau
fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan
ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan
di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah
dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektifitas biayanya
dalam jangka waktu yang panjang.
Hakikat dari pemilihan
media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau
mengadaptasi media yang bersangkutan.
Banyaknya pilihan media
yang dapat digunakan membuat Anda lebih bebas berkreasi untuk menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar sesuai topik bahasan. Allen (dalam Suparman,
1997) memberikan saran dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan
instruksional yang akan dilakukan. Secara ringkas, saran tersebut tertuang
dalam tabel berikut ini:
Kemampuan media dalam mempengaruhi berbagai macam belajar
Macam belajar
|
||||||
Belajar informasi faktual
|
Belajar pengenalan visual
|
Belajar konsep, prinsip, dan aturan
|
Belajar prosedur
|
Menyajikan keterampilan persepsi gerak
|
Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
|
|
Gambar diam
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Gambar hidup
|
Sedang
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Televisi
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Objek tiga
dimensi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rekaman audio
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Programmed
instruction
|
Sedang
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Rendah
|
Sedang
|
Demonstrasi
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Buku teks
tercetak
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Sajian oral
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Sumber: Allen (dalam
Suparman, 1997)
Dengan memperhatikan
tabel tersebut, maka Anda dapat mempersiapkan media apa yang akan digunakan
dalam proses belajar-mengajar tertentu sesuai dengan topik bahasan dan tujuan
pembelajaran.
Penelitian
yang ada tidaklah menetapkan akan adanya satu media yang terbaik untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Konsekuensinya, para guru perlu merencanakan serangkaian
media yang cocok dengan topik pembelajaran dan siswa yang sedang belajar.
Terdapat banyak sekali media pembelajaran di sekitar kita dan Briggs (1977)
menyarankan bahwa penting kiranya memilih media yang cukup sederhana bagi
pemahaman siswa tapi cukup memadai dalam menantang dan merangsang siswa untuk
berfikir.
G. IMPLEMENTASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Penggunaan Realia
2. Penggunaan authentic material
Penggunaan authentic material meningkat pesat popularitasnya seiring dengan adanya kesadaran bahwa proses pembelajaran yang terkait dengan konteks riil akan lebih efektif bagi siswa untuk dikontruksi dalam pemahamannya. Para guru dapat menghadirkan authentic material ini baik bersanding dengan buku teks maupun lepas dari batasan format buku teks. Authentic material juga dapat diterapkan dalam berbagai bentuk tugas dan tujuan pembelajaran.
Authentic material, jika dipilih dan
diimplementasikan secara tepat, dapat digunakan untuk mengembangkan tugas-tugas
yang berawal dari pembelajaran bahasa Inggris yang sudah terformulasikan. Media
ini juga sekaligus memberikan jembatan antara keterampilan berbahasan siswa dan
pengalaman nyata siswa. Materi-materi ini dalam berbagai bentuknya dapat
memberikan kekayaan linguistik dan isi konseptual bagi siswa.
Dalam mengidentifikasi
dan mengimplementasikan materi yang paling bermanfaat dan relevan bagi siswa, guru
perlu mendesain dan mengorganisasi tugas-tugas di kelas yang menfasilitasi
serentetan pengumpulan, pemrosesan dan presentasi informasi.
Penggunaan authentic
material dalam pengajaran bahasa Inggris di kelas akan memberikan guru
beberapa tantangan. Salah satu tantangan itu adalah pengembangan keterapilan
penelitian efektif yang mensyaratkan pengelolaan sekian banyak informasi yang
tersedia dalam bentuk tertulis, lisan, ataupun multimedia. Tantangan yang lain
adalah berupa penyeleksian materi yang paling pas untuk tujuan pengajaran
sesuai dengan kurikulum, ataupun belajar untuk keperluan sendiri. Tantangan
ketiga adalah implementasi materi dan serentetan kebutuhan fleksibilitas serta
penyesuaian pengajaran yang dibatasi dengan setting ruang kelas.
Tahap-tahap yang perlu
dilalui dalam penggunaan authentic material adalah sebagai berikut.
Penelitian
Berusaha menemukan materi
yang tepat dalam lautan publikasi dan berbagai format media dapat menjadi
sebuah tugas yang menyesakkan bagi para guru bahasa Inggris. Langkah pertama
dalam mengidentifikasi materi-materi yang layak adalah dengan mengumpulkan
contoh-contoh tulisan, bacaan, dan informasi dari berbagai sumber. Penggunaan
internet juga dapat menjadi cara yang efektif dan mulai umum digunakan.
Seleksi
Dalam memilih materi yang
baik, para guru perlu mempertimbangkan paling tidak tiga aspek dasar dari latar
belakang para siswa (Dumitrescu: 2000):
-
linguistik
-
konseptual
-
kultural
Latar belakang linguistik
mempengaruhi pengelolaan kelas, pemilihan tugas, pengurutan dan penentuan
tugas, dan fokus pengajaran microskill (seperti pronunciation dan
accent reduction). Latar belakang konseptual atau pendidikan menentukan
kebutuhan akan informasi-informasi khusus atau umum dari suatu materi yang
dipilih. Latar belakang kultural mempengaruhi interaksi siswa-guru, dan
harapan-harapan dari peran guru dan murid.
Dua faktor tambahan yang
turut mempengaruhi keputusan akhir tentang materi apa yang dipakai adalah applicability
dan adaptability. Sebuah teks otentik yang berisi tentang masalah
olahraga secara umum, misalnya, menjadi
materi yang amat bermanfaat karena isinya relevan bagi semua siswa, tanpa harus
memperhatikan olah raga kesukaan setiap individu. Namun demikian, para guru juga
harus memperhatikan bahwa teks yang berkaitan langsung dengan kesukaan khusus
dari beberapa siswa biasanya akan lebih mudah untuk dipahami dan dicerna
sehingga partisipasinya dalam pembelajaran meningkat.
Adaptability mengacu pada kemudahan
suatu desain penugasan dan kemudahan manipulasi teks. Jika suatu materi dapat
dipadukan dalam komunikasi lisan maupun tulis, maka materi ini memiliki nilai
lebih untuk bisa digunakan di kelas daripada materi yang hanya bisa digunakan
untuk satu kali penugasan.
Implementasi dan desain
Menggunakan materi otentik
ke dalam ruang kelas merupakan tugas yang sulit karena terkadang materi yang
ditentukan silabus tidak kompatibel dengan materi otentik yang kita dapatkan.
Namun demikian, guru dapat mengidentifikasi dan mengarahkan pada bagian mana
saja yang relevan dengan pengajaran. Materi juga dapat direkayasa untuk
berbagai tingkat profisiensi yang dimiliki siswa. Materi otentik ini dapat
digunakan secara keseluruhan ataupun hanya sebagian saja, dan kompleksitas
konsep juga dapat direduksi ataupun dinaikkan untuk suatu tujuan tertentu.
Para guru harus mulai
terbiasa dengan membuat berbagai ragam tugas dari buku teks dan menyesuaikan
dengan tingkat-tingkat kemampuan yang ada dalam kelas. Setelah menjelaskan
beberapa elemen dari buku teks, Anda dapat menggabungkannya dengan materi
otentik yang relevan dalam tingkatan yang lebih luas. Tetapi mendesain tugas
atau kegiatan berdasarkan materi otentik itu sendiri mengharuskan guru untuk
lebih dulu berhadapan dengan materi yang bentuknya kurang terorganisir dan
tampak membingungkan. Begitu bagian informasi sudah teridentifikasi, guru harus
segera memutuskan alat apa yang paling tepat untuk mengimplementasikannya di
ruang kelas.
Beberapa faktor dapat
dipakai sebagai pemandu dalam membuat keputusan ini. Hal yang paling penting
adalah adanya keterkaitan isi (content relevance). Materi itu haruslah
memuat istilah, konsep, dan kerumitan linguistik yang mencerminkan latar
belakang siswa. Semakin relevan materi otentik itu dengan dunia siswa maka
semakin efektif pembelajaran bahasa Inggris itu.
Faktor lain yang memiliki
pengaruh terhadap implementasi materi otentik itu adalah penyerapan
keterampilan yang bermakna (meningful skill acquisition). Para siswa
yang telah ditunjukkan dengan materi yang kontekstual tetap memiliki kesempatan
untuk mengeksplorasi keterampilan berbahasa mereka dan bereksperimen dengan
penerapan pada hal lain yang sejenis. Proses ini akan memungkinkan siswa dan
guru untuk menilai kegunaan materi otentik itu dan mengkaji ulang prioritas
tujuan pembelajaran.
Hal yang perlu
digarisbawahi adalah meskipun materi otentik sangatlah menjanjikan bagi siswa
yang memang fokus pada praktek penggunaan bahasa, namun penggunaan materi
otentik ini bukanlah berarti akan mengurangi beban guru dalam pengembangan
materi. Justru di sinilah sebenarnya letak tantangannya. Selamat mencoba.
3. Penggunaan papan tulis
Papan tulis mungkin merupakan
media yang paling lazim dan sering digunakan dalam pengajaran. Para guru akan
merasa ada sesuatu yang kurang dalam kelas bila tidak ada papan tulis. Tetapi
sayangnya banyak guru yang tidak sepenuhnya memanfaatkan secara penuh papan
tulis itu atau mereka masih menggunakannya secara buruk dengan mengabaikan
beberapa pertimbangan berikut:
a. Bagaimana perasaan yang mungkin muncul
dari siswa bila papan tulis belum dibersihkan di awal pelajaran dan masih penuh
dengan sesuatu yang ditulis oleh guru pada pelajaran sebelumnya?
b. Mana yang Anda fikir lebih baik, menghapus
papan tulis begitu Anda selesai ataukah begitu para siswa selesai menyalinnya?
c. Apakah keburukan dari menulis dengan huruf
kapital di papan tulis?
d. Apakah merupakan ide yang baik bila Anda
menulis dengan huruf bersambung?
e. Cobalah warna kapur yang berbeda pada
papan tulis dan bandingkan mana yang tampak paling bagus.
f. Beberapa warna ada yang tidak dapat
dilihat dengan sangat jelas. Warna apa sajakah itu?
g. Ketika mendikte, apakah merupakan suatu
ide yang bagus untuk menulis materi dikte itu di papan tulis sebelum pelajaran
dan menutupinya dengan kain ataupun kertas, lalu dibuka pada saat diperlukan.
Dalam kondisi seperti apakah menutupi papan tulis itu bermanfaat?
Bagaimana meningkatkan
partisipasi siswa? Ketika Anda serius menyalin materi yang panjang ke papan
tulis, maka dengan mudah anda dapat menoleh ke belakang dan melihat perhatian
para siswa yang sedang memelototi bagian demi bagian. Hal ini lebih-lebih
terjadi ketika Anda menggambar sesuatu di papan tulis secara detail.
Terdapat bebera cara
untuk melibatkan perhatian siswa sepenuh mungkin:
1. Berbicara dengan siswa tatakala Anda
sedang menulis dan sering-sering menoleh ke belakang untuk menatap mereka.
2. Tanyalah para siswa tentang apa yang perlu
ditulis sesering mungkin dan mintalah contoh dari mereka.
3. Tanyalah mereka apa yang mereka fikir
tentang kata atau gambar yang sedang dibuat.
4. Mintalah mereka untuk melafalkan begitu
Anda selesai menulis.
5. Tanyalah mereka bagaimana melafalkan
kata-kata sulit yang ada di papan tulis.
6. Ketika menulis usahakan untuk berdiri di
sisi kanan papan tulis tatkala para siswa melihatnya. Hal ini memiliki
keuntungan agar memungkinkan Anda untuk menulis secara lurus.
Bagaimana merencanakan
penggunaan papan tulis? Banyak pekerjaan yang acak-acakan dan tidak rapi yang
bisa dihindari pada papan tulis jika pekerjaan itu direncanakan di awal dan
memsukkannya sebagai bagian dari rencana pengajaran. Idealnya papan tulis dapat
di bagi-bagi menjadi beberapa area. Terdapat beragam cara untuk membaginya,
tetapi yang terbaik adalah dengan menyimpan satu bagian yang tidak dilihat
sebelumnya. Salah satu cara untuk membagi papan tulis adalah dengan model H
yang secara efektif membagi papan tulis menjadi empat bagian.
Dengan demikian sebagian
dari papan dapat digunakan untuk gambar-gambar, bagian yang lain untuk tabel
dan daftar, atau sebgaian dapat dipakai untuk kerja yang telah direncanakan.
Meskipun Anda telah menghapus hampir semua yang ada di papan tulis ketika
selesai disalin oleh siswa, Anda juga dapat menggunakan sebagian yang permanen
untuk menulis kosa kata, yang mungkin perlu untuk tetap ditampilkan di papan
tulis selama mungkin. Bagian yang agak permanen itu juga akan bermanfaat di
akhir pelajaran untuk menyegarkan ingatan siswa dari berbagai kegiatan yang
telah dilakukan dan kosa kata yang
mungkin telah dilupakan.
Janganlah lupa bahwa Anda
tidak hanya terbatas pada papan tulis itu saja. Area di sekeliling juga dapat
digunakan sama pentingnya untuk pajanan.
Bagaimana dengan
menggambar di papan tulis? Banyak sekali guru yang enggan untuk mencoba
tangannya menggambar di papan tulis, dengan mengatakan bahwa mereka tidak dapat
menggambar; ironisnya mereka tidak pernah mencoba. Bagaimanapun, gambar stick
sederhana bukanlah sesuatu yang amat sukar atau di luar jangkauan, dengan
sedikit latihan setiap guru dapat belajar untuk membuat gambar sederhana.
Beberapa contoh gambar di
papan tulis dapat dilihat berikut ini.
Gambar wajah. Gambar kepala harus cukup besar agar dapat dilihat dari tempat duduk siswa yang paling belakang. Tunjukkan agar gambar itu dapat menunjukkan ekspresi, khususnya dengan mengubah bentuk mulut:
Arah kemana orang menghadap dapat ditunjukkan
dengan mengubah hidungnya (hal ini penting terutama dalam menunjukkan
percakapan).
Sedangkan untuk menunjukkan
jenis kelamin bisa dibedakan dari rambutnya:
Gambar stick. Untuk menggambar sosok orang laki-laki
atau perempuan adalah:
Sedangkan untuk menunjukkan
kegiatan yang sedang dilakukan dengan menekuk lengan atau kakinya.
4. Penggunaan tape recorder
Tape recorder mungkin
merupakan media yang paling lazim digunakan oleh para guru di ruang kelas
setelah papan tulis. Meskipun sebenarnya kegiatan listening dapat juga
dilaksanakan tanpa harus menggunakan tape recorder.
Tape recorder memang dapat
digunakan dalam semua kegiatan listening, di antaranya:
1. Mengenali cara pelafalan dari penutur asli
tanpa harus menghadirkan native speaker di kelas.
2. Mengenali dan megidentifikasi pola
intonasi yang berbeda secara akurat.
3. Sound effect, dapat digunakan sebagai petunjuk seperti berikut
(tape recording of sound of
running water)
Response: He must be in the
bathroom
(tape recording of sound of
plates being washed)
Response: He must be in the
kitchen
4. Jigsaw listening
Dalam kegiatan ini Anda
perlu lebih dari satu tape recorder. Biasanya Anda memerlukan tiga buah. Kelas
di bagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok mendengarkan tape
mereka dan mensarikan informasi yang relevan. Kelompok-kelompok itu saling
bertukar informasi yang telah mereka dapatkan.
Kelompok-kelompok itu juga
diberi bagian-bagian cerita yang berbeda dari cerita yang sama sehingga mereka
tidak dapat menemuklan cerita keseluruhan sampai mereka saling bertukar
informasi. Alternatif lain, mereka dapat diberi sebuah persoalan untuk
dipecahkan – rute terbaik bagi tahanan untuk melarikan diri, misalnya. Mereka
hanya bisa memecahkan masalah itu dengan mengumpulkan informasi mereka
seluruhnya.
5. Bisa juga dipakai untuk memutar lagu yang
liriknya berbahasa Inggris.
6. Penggunaan Flashcard
Flashcard memiliki nilai lebih karena guru dapat
mempersiapkannya di waktu senggang di rumah. Dengan demikian, guru dapat
membuatnya dengan lebih menarik dan berwarna-warni. Dalam pembuatannya juga
meliputi hal-hal detail yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi terburu-buru
atau waktu yang sempit di papan tulis. Meskipun flashcard ini mungkin digunakan
dengan cara dan tujuan yang sama dengan papan tulis, tetapi kelebihannya adalah dapat ditampilkan
seketika dan juga memiliki banyak variasi. Guru juga dapat membuat gambar
bolak-balik pada satu flashcard ketika ingin menunjukkan perbedaan penggunaan
bahasa. Misalnya:
Sisi depan She
usually drinks tea
Sisi belakang But
now she’s drinking champagne.
Kaji tindak
yang dilakukan oleh Tiwuk A. Nursiyani, guru bahasa Inggris di SMP 2
Sumberjambe Jember, menunjukkan bahwa penggunaan flashcard dengan model picture
series dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Dalam kajiannya,
pembelajaran dilakukan dengan dua tahap. Pertama, siswa diminta untuk membuat
karangan tentang tema yang dipilih yaitu tema kebudayaan dan anak tema yang
dipilih adalah rumah tradisional. Siswa diajar seperti biasa dengan mengikuti
tahapan-tahapan yang ada dalam lessson plan dan diberi bebrapa informasi
tentang rumah adat/rumah tradisional, kemudian di akhir pembelajaran diminta
untuk membuat sebuah deskripsi tentang rumah adat/rumah tradisional yang mereka
ketahui. Hasilnya dikoreksi olehnya dan kemudian dikembalikan kepada siswa
untuk dijadikan sebagai umpan balik. Pada tahap ini, nampaknya siswa mengalami
banyak kesulitan. Kesulitan siswa terletak pada penggunaan tenses, pemilihan
kata dan struktur kalimat. Siswa juga banyak mengalami kesulitan untuk
mengekspresikan apa yang ingin ditulisnya sehingga kurang jelas dalam
menuangkan ide-idenya. Siswa juga tidak dapat merangkaikan dan menyusun kalimat
dengan benar.
Pada
tahap kedua, siswa diminta untuk mengamati kesalahan yang dibuat, kemudian
diajak berdiskusi tentang kesalahan-kesalahannya. Selanjutnya ditunjukkan
sebuah gambar seri yang menceritakan tentang sebuah cerita rakyat dari Sumatra
barat (Malin Kundang). Di akhir pembelajaran, siswa diminta untuk menuliskan
cerita berdasarkan urutan kejadian yang ada dalam gambar seri tersebut menjadi
suatu karangan. Berdasarkan hasil evaluasi pada tahap ini, masih ada siswa yang
membuat kesalahan pada tataran tenses, struktur dan pemilihan kata, tetapi
jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada
tahap pertama. Kedua hasil tersebut dibandingkan dengan tujuan untuk mencari
metode pembelajaran yang paling efektif dalam pembelajaran menulis. Pada tahap
kedua ini, siswa ternyata sudah mampu menuangkan ide cerita yang ada dalam
gambar seri tersebut dan urutan kejadian yang dituangkan dalam bentuk tulisan
sudah sesuai dengan urutan kejadian yang ada dalam gambar. Flashcard
berupa pictiure series ternyata efektif untuk memperbaiki hasil
pembelajaran.
Flashcard tidak melulu berisi
gambar, tulisan juga dapat memiliki dampak yang berarti dengan menggunakan flascard. Flasshcard yang berisi kata-kata bisanya digunakan untuk melatih
struktur. Guru membuat beberapa potongan kertas yang berisi berbagai kalimat
perintah seperti
|
||||
|
||||
Kemudian
salah satu murid berdiri di belakang guru. Guru memegangi potongan kertas yang
ditunjukkan pada kelas, mereka harus mematuhi perintah yang tertulis di
potongan kertas itu. Murid yang berada di belakang guru harus menebak kata-kata
yang ada dalam flashcard itu secara persis. Hal ini khususnya baik untuk
melatih personal dan possesive pronoun, misalnya jika Point to
me itu tertulis pada kertas, murid itu harus mengatakannya secara persis
bukannya Point to you.
Penggunaan flashcard
menyimpan potensi kreatifitas yang tidak terbatas. Dengan berbagai variasi dan
kombinasi memungkinkan tampilan flashcard semakin menarik dan memotivasi
siswa untuk memperhatikan dan memahami pelajaran. Berikut ini adalah beberapa
topik yang bisa dilakukan secara kreatif dengan menggunakan flashcard.
The face
Sistem buka
tutup pada bagian-bagian kecil dapat digunakan untuk melatih pengayaan vocabulary,
sebagaimana alat peraga berikut:
Guru (atau murid bekerja
berpasangan) mengangkat penggalan gambar wajah untuk mendapatkan kata tertentu
di belakangnya.
A lot of pineapples
Alat peraga berikut dapat digunakan untuk
membedakan penggunaan ‘a few’ dan ‘a lot of’
Guru: (menunjukkan kertas yang tertutup) A few
pineapples. (Membuka tutupan) A lot of pineapples.
The mouse
Guru: (berlahan menarik keluar
kartu yang ada di dalam) the mouse is on the chair. The mouse with whiskers
is under the chair. The mouse without whiskers is on the table, between the
vase of flowers and the teapot. The mouse with whiskers is under the table. The
mouse without whiskers is behind the vase of flowers. Which mouse is going to
go behind the cat? The mouse with whiskers.
The bird
Guru: (berlahan menarik keluar
kartu yang ada di dalam) The bird is above the box, on the box, next to the
box, in the box, under the box and below the box.
Dalam membuat gambar, guru
tidak harus membuatnya sendiri tapi juga bisa minta tolong teman sejawat, guru
seni lukis, ataupun siswa yang memiliki keahlian dalam menggambar. Gambar juga
bisa diambil dari berbagai sumber seperti:
-
koran
-
majalah
-
iklan
-
brosur
bisnis
-
katalog
perusahaan
-
kalender
-
kartu
ucapan
-
kartu
pos
-
poster
-
manual
-
buku
lama
-
komik
atau kartun
-
foto
keluarga
-
perangko
-
buku
kursus
-
fotokopi
dsb.
7. Penggunaan video film
Tidak seorang pun yang
akan membantah bahwa sekarang ini kita dibombardir oleh media dan gambar
visual. Hanya dengan menklikkan jari, kita dapat menyaksikan wilayah dan orang
yang jauh letaknya. Memberikan ruang bagi pesan visual dalam pengajaran bahasa
Inggris merupakan suatu hal yang menarik dan menghibur guna meningkatkan
kemampuan komunikatif para siswa. Pesan yang ada dalam film menawarkan sebuah
perubahan yang menyegarkan dalam rutinitas kegiatan kelas.
Hingga sekarang,
penggunan film dalam pengajaran bahasa Inggris masih jarang dipakai karena para
guru masih sering merasa bahwa penggunaan film membutuhkan waktu yang panjang (time-consuming)
dan terlalu sulit diselenggarakan. Namun dengan adanya penyebaran peralatan
video, VCD dan DVD ke dalam lembaga pendidikan, penggunaan film semakin lazim.
Film yang baik dapat membantu proses pendidikan lebih bermakna, baik untuk
ruang kelas maupun self-study. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
sensivitas bagi siswa dan untuk memberi stimulus dalam mengembangkan imajinasi
dan kreativitas siswa.
Kekuatan film sebagai
medium telah diakui secara umum. Film dapat dieksploitasi dengan berbagai cara.
Salah satu cara penggunaan film dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah dengan
penyerapan ide-ide baru dan perluasan wawasan para siswa. Adapun tahap-tahap
penggunaan video film sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut.
Seleksi
Memilih film merupakan
langkah yang paling penting. Proses ini sekaligus memberikan tantangan yang
paling besar. Pemilihan ini dapat didasarkan pada isi tema untuk menguatkan dan
mengonsolidasikan topik yang ada dalam silabus bahasa Inggris, seperti tentang
olah raga, rekreasi, media massa, pendidikan, pariwisata, profesi, atau untuk
mengilustrasikan fungsi-fungsi bahasa dan pola gramatikal dalam penggunaan yang
nyata. Lebih jauh, berbagai terminologi bisa didapatkan dalam cerita detail
sebagaimana dicontohkan dalam filmnya Stone yang berjudul Wall Street
tentang perbankan dan pasar modal, istilah dan aturan hukum dalam filmnya Demme
yang berjudul Philadelpia, masalah pendidikan dalam filmnya Weir
berjudul Dead Poet Society dan lain sebagainya.
Pemilihan film haruslah
hati-hati, keputusan tentang pokok
permasalahan harus didasarkan pada pertimbangan kriteria yang matang karena hal
ini berkaitan dengan kompetensi linguistik dan konseptual siswa dan bisa jadi
tidak sesuai dengan keinginan dan ketertarikan siswa. Umur dan kematangan
psikologis siswa juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan film agar terhindar
dari film yang menyentuh sensitifitas siswa. Misalnya film Fatal Attraction,
Basic Instinct, dan Disclosure yang secara berurutan disutradarai
oleh Adrian Lyne, Paul Verhoeven dan Barry Lavinson, seks merupakan isu yang
memicu perdebatan soal moral dan kondisi psikologis karena film ini
menggambarkan tentang sisi buruk dari eksistensi manusia seperti
perselingkuhan, haus kekuasaan, persaingan dan sebagainya.
Durasi film juga
merupakan aspek yang harus diperhitungkan. Film yang panjang seperti Schindler’s
List yang disutradarai oleh Spielberg atau filmnya Kostner yang berjudul Dances
with Wolves sebenarnya dapat digunakan, tetapi dalam perencanaan haruslah
ditentukan beberapa kali sesi pemutaran dengan pertanyaan pre-viewing
dan post-viewing.
Eksploitasi
Isi film secara
keseluruhan dapat didiskusikan untuk mengecek dan meningkatkan pemahaman umum
dari sebuah cerita, dengan pertanyaan-pertanyan tentang setting, tokoh, dan
pesan-pesan yang tersurat serta tersiratnya.
Kegiatan lain yang dapat
dilakukan adalah memisahkan sebuah alur yang paling mewakili atau dialog kunci
yang mencerminkan intisari dari cerita untuk dibahas menjadi topik yang
signifikan. Misalnya kita dapat membuat evaluasi dari film secara keseluruhan
dari bagian tertentu dalam perdebatan semisal sistem peradilan dalam filmnya
Sheridan yang berjudul In The Name of the Father.
Kemungkinan lain adalah
dengan memilih dua atau tiga kalimat penting dari script dan meminta
siswa untuk menganalisisnya dalam kerangka plot secara keseluruhan. Dalam
filmnya Zemeckis’s yang berjudul Forrest Gump kita dapat menganalisis
ucapan Mrs. Gump “life is like a box of chocolates, you never know what you
are going to get” atau ucapan Lieutenant Dan “We all have a destiny”.
Semua kegiatan di atas
adalah terfokus pada masalah tematik, sebenarnya film juga memberi ruang untuk
eksploitasi aspek tata bahasa dan fungsi bahasa. sebutlah filmnya Newell yang
berjudul Four Weddings and a Funeral mencontohkan serangkaian fungsi
seperti mengemukakan pendapat, mengekspresikan bela sungkawa, persuasi,
diskusi, berdebat dan sebagainya.
Dalam mengeksploitasi
film dalam kelas, kesulitan malah bukan terletak pada filmnya itu sendiri
tetapi dalam mendesain bentuk-entuk tugas. Dalam hal ini guru harus
menyesuaikan film dengan tingkat profisiensi dan kompetensi konseptual siswa.
Kegiatan integratif
Sebagaimana dalam seluruh
aspek pembelajaran, penting kiranya untuk mengintegrasikan pengetahuan yang
telah dimiliki dengan informasi terbaru yang didapat dari film, caranya dengan
mengektrapolasi kedua hal tersebut. Siswa dapat diminta untuk membuat ringkasan
untuk merekonstruksi struktur makro dari cerita secara keseluruhan. Siswa juga
bisa menulis ulasan film dengan memberi pendapatnya tentang film tersebut.
Salah satu tugas yang menarik adalah membuat persamaan-persamaan dari beberapa
film dengan menggunakan kriteria objektif yang diidentifikasi oleh siswa
sendiri.
Dramatisasi cerita film
menjadi suatu daya dorong, khususnya para siswa yang memiliki jiwa petualangan.
Bagi kelompok tingkat dasar dapat diminta untuk meneliti dan menulis biografi
dari pemeran utama ataupun sutradaranya, sedangkan untuk kelompok tingkat
lanjut dapat melakukan investigasi masalah-masalah seperti ekologi dan lingkungan
(seperti filmnya Hitchcocks yang berjudul The Birds) dan tentang musik
klasik (seperti filmnya Foreman yang berjudul Amedeus dan filmnya Rose
yang berjudul Immortal Beloved).
Sebagai contoh penggunaan
film sebagai media pembelajaran, Anda dapat mengambil sampel film berjudul FORREST
GUMP dengan elaborasi
sebagai berikut.
After watching the film, answer the following
questions.
About
Forrest
1.
If you were asked to describe Forrest, which of the
following features would you choose as the most important in understanding him?
Why? (You can add some others)
·
Stupid boy
·
Healthy boy/man
·
Good lover
·
Intelligent man
·
Good father
·
Disrespectful person
·
Successful person
·
Efficient soldier
·
Agile sportsman
·
Materialist
·
Credulous man
·
Sympathetic person
·
Faithful friend
·
Sweet son
2.
Forrest met very important people. Would you have
reacted in the same way as Forrest did if you had the chance of meeting John F.
Kennedy, Lyndon B. Johnson, Richard Nixon, etc? What’s the significance of
these famous personalities in the film?
About Jenny
1.
Jenny was Forrest first’s friend. Why did he trust her
so deeply? Why did he never forget her in spite of her unexpected departures?
2.
On many occasions, Forrest told Jenny that he loved
her; in one of them, Jenny said, “You don’t know what love is” Do you think she
was right? Why? Why not?
About
Bubba
1.
Compare Forrest to Bubba. Were they both simple-mended
man?
2.
Evaluate their friendship. Did Forrest keep his
promise to Bubba?
About
Lieutenant Dan
1.
Explain the Lieutenant’s role in the development of
the film.
2.
Evaluate Forrest’s friendship with him.
About You
1.
Do you identify with any of the characters of the
film? If so, with whom?
2.
If you were in a battle, would you come back to rescue
other soldiers, risking your life as Forrest did?
About the
film as a whole
Consider
the questions below and debate them in groups. Provide a written report.
1.
Forrest was a different boy, who was expected to have
a lot of difficulties in “normal” society. However, he managed to succeed and
achieve more than many other human beings. Discuss how he survived and
triumphed. What is the implication of his success?
2.
Certain aspects of the film seem to be unreal and
exaggerated, such as the fact that Forrest ran of three years. Do you think
that they are pointless or are they symbolizing something essential in life?
Justify your answer.
3.
“In our society, different is discriminated against.”
This seems to be the one of the big issues illustrated in the film. Is it true?
How do we act towards those who are different from us (less intelligent,
handicapped, sick, racially different skin color, believers of a different
religion, members of a different political party, etc.? Do we respect them? do
we ignore them? Do we make fun of them? Do we reject them?
4.
This film reflects part of the history of the USA
during the past thirty years. Can only the film be understood by Americans or
does it have universal values? Is it a film that makes you think because it
hides a simple but important message? All in all, is it worth seeing?
5.
Summarize the essence at the film in just one
sentence.
Follow up
Choose
and develop one of the following tasks.
1.
You are one of Forrest’s classmates. Write a short
paragraph (10-15 lines) describing your feeling s about sharing the same class
with a person like him. Do you feel uncomfortable? Do you feel pity for him? Do
you feel proud of his achievements? Would you be his friend?
2.
Write a review of the film. Include the following:
title, director, setting, characters, events, and evaluation.
Penggunaan film sebagai
media pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di ruang kelas memiliki
potensi yang tidak terbatas. Film-film mampu menghadirkan “sepotong kue”
kehidupan, memberikan gambaran yang realistis dan asli, meningkatkan kesadaran
bahasa, sekaligus menghibur. Film memberikan keceriaan dan keterlibatan di
ruang kelas. Tetapi tidak menhabiskan kata-kata kita. Selamat mencoba.
8. Penggunaan komputer dan internet
Kebanyakan guru di Indonesia
masih jarang menggunakan komputer sebagai bantuan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan kapur dan papan tulis tampaknya masih mendominasi dalam penggunaan
media pembelajaran. Tapi sekarang ini kita dihadapkan pada penemuan teknologi
informasi yang telah berperan mempercepat putaran informasi. Tidaklah bijaksana
bila kita menutup mata dengan berbagai penemuan yang sebenarnya memiliki nilai
yang berharga untuk pembelajaran yang efektif. Bila kita ingin terus
meningkatkan profesionalisme dan menjaga keberadaan kita agar tidak “usang”,
maka kita harus adaptif terhadap berbagai irama perubahan yang memang semakin
cepat ini.
Dalam implementasinya memang
perlu adanya dukungan dari manajemen sekolah untuk mengadakan laboratorium
komputer. Di kota-kota besar, misalnya Jakarta, komputer sudah bukan sesuatu
yang mewah. Siswa-siswa di kota besar juga relatif well-experienced
dengan komputer sebagi alat bantu dalam berbagai hal.
Ada tiga model penggunaan
komputer dalam pengajaran bahasa:
-
sebagai
guru bahasa
-
sebagai
perangsang percakapan
-
sebagai
alat bantu untuk pengembangan ranah kognitif.
Dalam memahami penggunaan
komputer di ruang kelas, perlu diingat dua istilah penting, CAI dan CALL. Computer
Assisted Instruction (CAI) merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan program komputer yang
didesain untuk pengajaran, sedangkan Computer Assisted Language Learning (CALL)
merupakan istilah yang digunakan dalam pengajaran bahasa yang dilengkapi dengan
penggunaan komputer.
Dalam menggunakan program CAI,
siswa mengikuti instruksi pelajaran yang dikeluarkan dari tiap bagian tatkala
berinteraksi dengan komputer. Biasanya digunakan untuk pengembangan
keterampilan membaca dan menulis, pelajar dapat mencakup drill dan
latihan-latihan praktis, lembar pemahaman wacana, game, simulasi dan
sebagainya. Dalam perkembangannya sekarang ini, hardware terus mengalami
kemajuan dengan menghasilkan fasilitas grafik yang lebih tajam, resolusi warna,
penggunaan animasi, touch screen, tampilan video, keluaran audio, dan
multimedia. Latihan-latihan listening komprehension telah dikembangkan dengan
menggunakan sound blaster dan CD-ROM. Sebuah dialog dapat ditampilkan di
layar (dan siswa dapat mendengarkannya),
kemudian beberapa pertanyaan yang terkait dapat dilihat di layar. Saat itu juga
siswa dapat melihat sebuah jawaban, sistem akses yang cepat dan akurat
memungkinkan adanya balikan terhadap siswa secara real time.
Pengajaran berbasis komputer
dapatlah digunakan sebagai sumber daya di kelas, bukan menggantikan keberadaan
guru. Cara penggunaan atau pengemasannya sangat beragam sesuai dengan konteks
penggunaan, tingkat umur, pokok masalah dan setting kelas. Menggunakan komputer
dalam pengajaran bahasa mampu memberikan berbagai jenis kegiatan dan potensi
yang tidak terbatas. Jika Anda adalah guru yang meyakini bahwa pendidikan
merupakan perolehan pengetahuan dalam bentuk informasi akan mendapati bahwa
banyak kemasan komputer yang bisa digunakan. Sedangkan bila Anda adalah guru
yang menghargai nilai pembelajaran dengan cara menemukan dan berinteraksi
dengan siswa lain juga akan mendapati bahwa berbagai kemasan berbasis komputer
juga dapat digunakan untuk mendukung pendekatan ini.
Contoh-contoh penggunaan komputer
berbasis CD-ROM untuk pembelajaran bahasa Inggris yang sudah banyak beredar
adalah sebagai berikut.
Internet
Kemajuan komputer tidak bisa dilepaskan
dari penemuan besar di bidang teknologi informasi (TI). TI telah merubah wajah
dunia secara revolusioner. Di antara produk TI itu adalah internet. Internet
merupakan jaringan besar dari komputer-komputer yang saling terhubung di
seluruh dunia. Jutaan orang secara rutin
menggunakan internet untuk berkomunikasi, mengakses database, dan transfer
file. Setiap PC dengan sebuah modem
dengan kondisi tertentu dapat dipakai untuk koneksi internet.
Jika kita mampu mengintegrasikan
penggunaan internet ke dalam proses pembelajarn bahasa Inggris berarti kita
dapat mengakselerasi pembelajaran kita dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Penggunaan internet yang amat lazim adalah untuk surfing, e-mail,
chatting, audio-video streaming, serta messaging.
Surfing
Surfing adalah istilah kita
menjelajah dunia maya yang bernama internet.
Kita bisa mengakses journal-journal elektronik, referensi, web pages,
streaming audio video dsb. Bila and tidak tahu alamat pasti yang
anda tuju, gunakan Search Engine.
Search engine ini lazim digunakan
karena dunia virtual sangatlah luas sehingga kita perlu bantuan untuk menemukan
sumber yang sesuai dengan topik yang kita kaji. Search engine bisa diibaratkan
seperti detektif yang bekerja untuk
pemakai internet. Search engine mennggunakan kata kunci untuk menemukan
situs (dokumen, file, web pages) yang dimasukkan oleh pengguna internet.
Di antara sekian search engiune yang paling terkenal adalah yahoo.com, google.com,
dan altavista.com.
Anda bisa mengakses database yang
tersedia secara gratis ataupun dengan fee tertentu. Data base ERIC
merupakan salah satu contoh sumber penting yang tersedia dalam internet di http:/www.eric.ed.gov/searchdb.html, yang
memungkinkan guru untuk mendapatkan artikel-artikel yang menarik. Anda juga
dapat menemukan tentang berbagai contoh lesson plan, kegiatan pengajaran
dan sumber-sumber pengajaran. Siswa juga bisa diberi tugas untuk mengakses
situs-situs pengajaran bahasa Inggris sebagai bentuk self-access learning.
Beberapa contoh situs yang bisa
dikunjungi oleh guru bahasa Inggris sebagai resources pembelajaran dalam
hal materi maupun metodologi serta evaluasi tanpa bantuan searching engine
adalah: http://www.globaled.org, http://www.onestopenglish.com, http://www.englishteacher.com/ dll. Sedangkan untuk
mengetahui kebijakan terbaru di bidang pendidikan di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional Anda bisa mengakses situs
http://www.depdiknas.go.id atau
situs-situs yang telah dikembangkan oleh pemerintah daerah Anda.
E-mail
E-mail merupakan aplikasi
internet yang paling lazim digunakan. Guru bahasa Inggris dapat
mengintegrasikan aktifitas berbasis email dalam pembelajarannya (LeLoup, 1997).
Misalnya, diadakan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk melakukan
koresponednsi dengan kenalan native
speaker, hal ini sangat mudah diimplementasikan tatkala para siswa memiliki
akses, perangkat, dan kontak teman asing. Siswa bisa diberi tugas untuk
melakukan korespondensi dengan native speaker dan hasilnya bisa
dilaporkan sebagai bahan penilaian.
Bila Anda sudah memiliki email
address, Anda dapat bergabung dalam komunitas yang disebut mailist yang
memungkinkan sharing informasi berupa pengalaman, gagasan ataupun solusi untuk
masalah tertentu. Namun jika Anda belum memiliki email address, Anda bisa
melakukan registrasi di situs yang menyediakan layanan email. Diantara situs
penyedia email secara gratis adalah yahoomail.com.
Berikut adalah contoh kiriman email dari native
speaker yang telah diprint out.
|
Chatting, Audio dan video conferencing, Messaging
Meskipun kebanyakan internet
didominasi dengan berbagai informasi, komunikasi instan dengan orang lain juga
memungkinkan pertukaran kabar dengan teman dari berbagai pelosok dunia.
Komunikasi real-time seperti itu bisa menggunakan beberapa tipe yang
berbeda: program chat, conferencing dan messaging.
Aplikasi yang digunakan untuk
chat adalah Internet Relay Chat (IRC) yang memungkinkan sinkronisasi
‘percakapan’ dari semua partisipan di seluruh dunia. Pemakai masuk pada channel
dan ‘nimbrung’ dengan mengetik pesan pada semua orang di channel itu; apapun
yang diketik secara instant diketahui oleh setiap orang. Ratusan channel
tersedia untuk layanan ini, dengan nama yang bisanya merefleksikan topik dan
bahasa yang didiskusikan. Channel khusus dan tertutup juga dapat
diciptakan dan digunakan dalam kelas. Hasil chatting juga dapat diprint
out sehingga memungkinkan guru untuk memberikan balikan atapun assessment terhadap pekerjaan
siswa.
Program udio-video
conferencing, seperti CUSeeMe dan MS NetMeeting merupakan pilihan yang
dapat digunakan siswa dalam percakapan suara. Pemakai dapat berbicara secara
langsung ke interlucator, dengan menggunakan hardware dan software
tertentu, bahkan dapat saling melihat dengan lawan bicara. Aplikasi ini
mensyaratkan bandwith yang besar dan tergantung juga pada koneksi modem
yang bagus; padatnya jaringan juga mempengaruhi kualitas komunikasi.
Pengembangan dan ketersediaan layanan broadband melalui kabel modem dan
Digital Subscriber Line (DSL), yang jauh lebih cepat dari akses modem
menjadikan audio-video conferencing merupakan suatu kenyataan yang semakin
memasyarakat.
Software messsaging seperti ISQ
atau Internet Messanger memberikan koneksi yang instant bagi seseorang terhadap
sejumlah kontak dengan memungkinkan pemakai untuk mengetahui kapan para kontak
itu online. Program ini memberikan fasilitas komunikasi cepat dengan
menggunakan konekasi pada seseorang secara gampang hanya mengklik nama yang
tertera. Teknologi ini juga memungkinkan siswa berpotensi untuk dapat
berkomunikasi secara langsung dengan native
speaker dalam setting bahasa Inggris.
H.
EVALUASI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA
Ada beberapa kriteria untuk
menilai keefektifan penggunaan media pembelajaran.
1. Biaya
|
|
2. Apakah memerlukan listrik
|
|
3. Apakah cocok
untuk dipakai di ruang kelas yang jumlahnya banyak
|
|
4. Kemudahan
untuk dipindahkan dan kenyamanan dalam pemakaian.
|
|
5. Statis
ataukah dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
|
|
6. Apakah perlu
tenaga banyak untuk memepersiapkannya.
|
|
7. Dampak
dramatis dan ketertarikan siswa yang dapat ditimbulkan.
|
|
8. Kecanggihan – hati-hati
dengan media yang terlalu canggih kecuali Anda benar-benar menguasainya.
Seringnya, media yang paling sederhana adalah yang paling baik.
|
|
9. Bagaimana
penggunaannya, terbatas ataukah bisa digunakan dengan cakupan sangat luas.
|
BAB III
EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Media apakah yang paling sering Anda pakai? Mengapa?
- Bagaimana cara Anda memilih media pembelajaran? perlukah kriteria dalam pemilihannya?
- Manakah definisi berikut yang paling tepat untuk mendeskripsikan realia?
a. real objects you can find around you.
b. examples of the world outside brought into
the classroom.
c. everyday objects that most of us
recognize.
d. things made out of natural materials
- Give some examples of vocabulary items that can be easily and quickly presented by using realia and which would take far longer if they were presented in any other way.
- What objects would you bring into a classroom for a first lesson on preposition of place.
- Berikut ini adalah dua kondisi papan tulis.
a. Bagaimana pendapat Anda tentang dua
kondisi papan tulis tersebut? Manakah yang lebih baik? Mengapa?
b. Hubungkan dengan pengalaman Anda dalam
menggunakan papan tulis? Dan bagaimana pendapat Anda dalam penggunaan papan
tulis dengan lebih baik?
- Dengan menggunakan gambar stick dasar di papan tulis, gambarlah: dokter, perawat, polisi, pilot, anak sekolah perempuan, sekretaris, petani, ibu rumah tangga, koki, mekanik (Kadang anda juga perlu untuk melengkapi gambar agar dapat dipahami dengan tegas misalnya seorang petani dilengkapi dengan cangkul).
- Pertanyaan seputar ekspresi gambar wajah di papan tulis.
a. Cocokkan kata sifat berikut dengan wjah di
bawah ini. Terdapat empat kelebihan adjectives yang tidak menggambarkan
wajah manapun.
Sinister
Worried
Cunning
Angry
Laughing
Sad
|
Embarassed
Interested
Frightened
Annoyed
Tired
|
Surprised
Shocked
Smilling
Cold
Hungry
|
Drunk
Crying
Neutral
Excited
Dizzy
|
b. Bagaimana ekspresi ini terjadi? Ekspresi
mana yang penting untuk pengajaran Anda?
c.
Berksperimen
lah dengan beberapa kombinasi dari fitur yang berbeda. Ekspresi apa yang
dihasilkan?
d.
Cobalah
untuk menggambar ekspresi-ekspresi tersebut, bukan sekedar mengidentifikasi.
- Kegiatan apa yang mungkin bisa Anda lakukan dengan menggunakan tape recorder untuk memutar lagu bagi siswa?
- Berikut adalah gambar yang sangat menarik, karena gambar ini memungkinkan kita mempersepsikan secara beda, bisa menjadi gambar wanita tua dan juga bisa jadi gambar wanita muda.
Kunci keterangan yang bisa
dipegang oleh guru adalah sebagai berikut:
a.
Untuk
topik apakah gambar ini relevan dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas
Anda.
b.
Bagaimana
Anda dapat menyusun kegiatan yang menarik bagi siswa berdasarkan gambar ini.
- Berikut ini adalah tiga contoh Authentic Material yang dipotong dari majalah KangGuru bulan Desember 2003.
Tugas:
a. Untuk topik apakah materi ini tepat
digunakan? Mengapa?
b. Bagaimana Anda dapat menyusun kegiatan
pembelajaran secara menarik?
- Simak Bingo game berikut
Contoh kartu yang ada pada siswa
Went
|
Walked
|
Saw
|
Hit
|
Met
|
Gave
|
Got
|
Drew
|
Contoh kartu yang ada pada guru
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|
||||||||
|
|||||||||
Struktur apakah yang
dilatihkan dalam Bingo game ini?
- Bagimana kemungkinan penggunaan internet sebagai media pembelajaran bahasa Inggris di sekolah Anda?
14. Ambil dua contoh media
pembelajaran yang pernah Anda gunakan, cobalah untuk mengevaluasi dengan
menggunakan kriteria keefektifan penggunaan media.
15. “Saya merasa terhormat
dan lega karena penyelenggara anggota Academy mendukung kami....Mungkin ini
merupakan titik kulminasi dari karir saya yang sama sekali tidak saya kira,”
demikian kata-kata sutradara Peter Jackson saat memegang piala Oscar yang
diraihnya sebagai sutradara terbaik dalam filmnya, The Lord of The Rings:
The Return of The King. Film ini telah menyapu bersih sebelas unggulan yang
diberikan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences di Kodak Theatre,
Los Angeles, pada awal Maret 2004.
Film yang diangkat dari
novel karya John Ronald Revel Tolkien berkisah seputar kerakusan manusia ketika
menguasai alat kekuasaan yang dilambangkan berupa cincin, dan juga tentang
kearifan manusia yang mampu menguasai diri meski menguasai alat kekuasaan yang
dahsyat. Film ini merupakan bagian dari trilogi yang terdiri dari The
Fellowship of The Ring, The Two Towers, dan The Return of The
King.
Sempatkan untuk menonton
film The Lord of The Rings: The Return of The King secara bersama-sama!
Setelah menontonnya, diskusikan bagaimana membuat beberapa kegiatan
pembelajaran yang relevan dangan film tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Acquino, C.C. (1974) ‘Teacher Attitudes to
Media Teaching Environments’ dalam British Journal of Educational Technology,
5 (1), 1974.
Allan, M. (1985). Teaching English With Video. New York:
Longman
Briggs, L.J. (ed.) (1977). Instructional
Design: Principles and Applications New Jersey: Englewood Cliffs.
Darby, C. (1992). ‘Travelling on Internet’
dalam ERIC Documet Reproduction Service
No. ED 350 007
DePorter, Bobby
dan Mike Hernacki. (2000). Quantum
Learning. Boston: Alyn and Bacon
Donley, Kate M. 2000.
‘Film For Fluency’ dalam English Teaching
FORUM. April 2000.
Dumitrescu,
Valeriu (2000), ‘Authentic Materials: Selection and Implementation in Exercise
Language Learning’ dalam English Teching FORUM, April 2000.
Eddings, J. (1994). How the internet Works. Emeryville, CA:Ziff-Davis.
Estrada,
S. (1993). Connecting to the internet. Sebastopol, CA: O’Reilly & Associates.
Gage, N.L. dan D.
C. Barliner (1977). Educational Psychology. Chicago: Rand McNally.
Gareis, Elizabeth
(2000) ‘Two Thumbs Up! A Students Video Production’ dalam English Teaching FORUM vol 38 no.1 Januari-Maret 2000.
Goodwin, A., Hamrick, J,. & Steawrt,
T.C. (1993). ‘Instructional Delivery Via Electronic Mail’ dalam TESOL Journal, 3 24-27
Hardie,
E.T.L., & Neou, V. (Eds). (1993). Internet:
Mailing Lists (SRI Internet
Information Series). Englewwod Cliffs, NJ: Regents Prentice Hall.
Hasman, Melvia A
(2000). ‘The Role of English in The 21st Century’ dalam English Teaching FORUM. Januari 2000.
Helena I.R.
Agustien (2004). Pedoman Penyusunan
Rencana Pengajaran Bahasa Inggris Untuk Kurikulum 2004. Makalah di TOT
Puskur.
Higgins, Chris
(1993). ‘Computer Assisted Language Learning: Current Programs and Projects’
dalam ERIC Didgest April 1993.
Hubbard, Peter et
al (1993). A Training Course for TEFL.
Oxford: Oxford University Press.
Kang, Shumin
(1999) ‘Learning Styles: Implication for ESL/ESL Instruction’ dalam English Teaching FORUM vol.37 no.4
Oktober-Desember 1999.
Krause, J. (1989). Telecomunications in
Foreign Language Education: a Resource List dalam Eric Digest. Washington, DC: ERIC Clearinghouse on Language and
Linguitics.
Krol,
E. (1992). The Whole Internet.
Sebastopol, CA: O’Reilly & Associates.
Kurshan, B.L., Harrington, M.A., &
Milbury, P.G. (1994). An educator’s Guide
to Electronic Networking: Creating Visual Communities. Syracuse, NY: ERIC
Clearinghouse on Information and Technology.
LeLoup, Jean W.
dan Robert Ponterio (2000) ‘Enhancing Authentic Language Learning Experiences
Experiences Through Internet Technology’ dalam ERIC Digest EDO-FL-00-02.
Lonergan, J. (1994). Video In Language Teaching. New York:
Cambridge University Press.
Marcos, Kathleen (1994). Internet for
Langugae Teachers. ERIC Clearinghouse on
Langauges and Linguistics.
Massi, Maria
Palmira (1996). ‘Films and EFL: What’s Playing in The Language Classroom?’
dalam English Teaching FORUM Vol. 34
No 1 Januari-Maret 1996.
Merino, Andriana
dan Maria Palmira Massi (1998) ‘Using the News in The Classroom: A Discourse
Approach’ dalam English Teaching FORUM
vol.36 no.3 Juli-September 1998.
Morrison, Sally
(2002) ‘Interactive Language Learning on The Web’ dalam ERIC Clearinghouse on Language and Linguistics EDO-FL-02-12.
Oblineger, D. (1992). ‘Understanding The
Internet’ dalam ERIC Document
Reproduction Service No. ED 358 861.
Pemagbi, Joe
(1995) ‘Using Newspapers and Radio in English Teaching’ dalam English Teaching FORUM vol.33 no.3
Juli-September 1995.
Ur, Penny (1988). Grammar Practice Activities. New York:
Cambridge University Press
Sadiman, Arief S. et
al. (2002) Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. RajaGrafindo Persada:
Jakarta.
Schrank, J. (1986). Understanding Mass Media. Lincolnwood,
IL: National Texbook Company.
Soekartiwi (1996).
Rancangan Instruksional. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Supardjo dan Rahmi
D. Andayani (2003). Penggunaan Media
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas.
Suparman (1997). Komponen Dasar Kependidikan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Turney C. Et al (1983). Sydney Micro Skills Redeveloped. Sydney: Sydney University Press.
Wright, Andrew
(1993). Pictures for Language Learning.
New York: Cambridge University Press.
Komentar
Posting Komentar