Guru yang Peduli Guru yang di Hati



Saya pernah satu ruang virtual dengan presenter talk show Kick Andy pada suatu kegiatan literasi. Saya menyebut kegiatan virtual tersebut pembekalan calon Sosialisator Program Literasi (SPL) Nasional. Ini setahun lalu. Waktu itu benak saya berpikir begini

"Ini gimik atau Andy F Noya akan menginspirasi para SPL ya?" Karena penasaran, sesi bersama Andy F Noya tidak saya lewatkan sama sekali. Paparan demi paparan, dan kisah demi kisah tentangnya membuat mata saya berkaca-kaca. Bukan soal kisah hidupnya yang biasa dialogikan seperti adagium life is never flat tapi tentang rasa bersyukurnya memiliki guru SD yang bernama Bu Ana.

Ibu Ana dalam cerita Andy F Noya adalah gurunya saat sekolah SD di Malang. Guru yang mendukung bakat menulisnya. Hingga Ibu Ana mengatakan

"Kelak kamu jadi wartawan." Mengatakan begini nada suara Andy F. Noya bergetar, menangis. Berkat impian guru SD-nya, karirnya melejit di bidang jurnalistik. Persis apa yang disampaikan Ibu Ana guru SD-nya itu. 

Menyadari bahwa kesuksesannya berkat Ibu Ana, Andy F Noya meluangkan waktu untuk memcari Ibu Ana di Malang. Setelah bertemu dengan Ibu Ana, Andy F Noya menjamin kehidupan Ibu Ana seumur hidup Ibu Ana. Sungguh hebat Ibu Ana ini, tidak hanya memotivasi, tidak hanya membangunkan impian untuk peserta didiknya, tapi juga mendidiknya menjadi pribadi yang hormat dan berterima kasih kepada gurunya.

Setelah pembekalan SPL berakhir, saya penasaran dengan Bu Ana ini. Saya berselancar di Google dan menemukan tayangan Kick Andy di kanal YouTube bernama Andy F. Noya. Melihat tayangan YouTube ini tampak Andy F Noya begitu menghormati Bu Ana seperti ibunya sendiri. Silakan klik video ini untuk melihat cara Andy F Noya menghadirkan Ibu Ana di acaranya https://youtu.be/Inh7PQ1J5hE

Menyaksikan kisah Andy F. Noya ini saya menyimpulkan guru yang peduli itu mampu menyukseskan peserta didiknya. Berkat kepeduliannya, guru jeli mengetahui minat dan passion peserta didiknya. Masa sekolah SD jamannya Andy F. Noya, tentu belum ada penelurusan minat dan bakat semisal talent mapping. Namun guru mampu memetakan kemampuan peserta didiknya. Berkat kejeliannya, guru ikhlas membangun impian sukses muridnya.

Dengan spirit Kurikulum Merdeka, semoga para pendidik/ guru semakin terasah kepeduliannya dalam mendidik dan mengajar peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dilayani dengan baik oleh guru era Kurikulum Merdeka, karena guru harus melaksanakan analisis minat dan bakatnya, tapi dipedulikan dengan hati. 

Kepedulian Ibu Ana kepada Andy F. Noya tentu bukan karena tuntutan melaksanakan analisis minat dan bakat untuk melaksanakan tahapan sebelum memberi materi pelajaran, melainkan karena Ibu Ana mengajar dengan hati.

Sama-sama sebagai pendidik, Andy F Noya merasa suksesnya karena impian Ibu Ana, gurunya semasa SD, bukan guru SMP, SMA, bahkan dosennya. Ini menunjukkan kepada kita kesuksesan seorang peserta didik tidak selalu ditentukan tingginya jenjang pendidikan gurunya bertugas dan tingginya status pendidikan gurunya.

Menyaksikan rasa bahagia dan syukurnya Andy F Noya atas kepedulian Ibu Ana, saya sampai pada kesimpulan akhir bahwa Sering kali peserta didik lebih mengharapkan kepedulian gurunya daripada kecerdasannya.




Komentar

Postingan Populer