Semakin Bermakna Era Pandemi COVID-19



Secara umum, pandemi Covid-19 nampak melumpuhkan aktivitas hidup manusia. Sekolah, kantor dan tempat ibadah sepi tanpa penghuni di awal pemberlakuan status pandemi Covid-19. Semua diwajibkan di rumah oleh pemerintah demi menghindari penyebaran Covid-19 meluas. Gerakan 5M ( Memakai masker, Menjaga jarak,  Mencuci tangan pakai sabun, Menghindari kerumunan, dan Membatasi mobilitas) terus digalakkan sampai kini. 

Manusia sebagai makhluk yang diberi kemampuan beradaptasi, tak kurang akal menyikapi hal ini. Tidak memungkinkan berkumpul di dunia nyata, bisa pindah ke dunia maya. Tidak dapat belajar dan bekerja di dunia nyata, beralih belajar dan bekerja melalui dunia maya. Selesai.

Masalahnya, masih ada pribadi yang mengkambinghitamkan pandemi Covid-19. Lebih mengharap bantuan dari pemerintah ketimbang berusaha menciptakan inovasi dan kreativitas agar bertahan di era pandemi. Diajak belajar dan menciptakan hal baru, alasannya tak ada dana, tak ada waktu, tak bisa bebas beraktivitas karena PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar), PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyakarat), tidak punya gawai, tidak punya paketan data, dan lain-lain.

Pribadi yang berpikir positif, menyikapi pandemi sebagai tahapan hidup yang harus dihadapi dan dijalani. Allah SWT memberikan cobaan wabah penyakit mematikan ini juga memberikan solusinya. Covid-19 tidak didatangkan saat internet belum marak di tengah masyarakat dunia. Covid-19 mewabah di dunia saat semua strata sosial dan ekonomi dengan mudah dan murah mengakses fasilitas internet dengan berbagai layanan aplikasi digital. Kalaupun ada yang belum bisa mengakses layanan internet prosentasenya kecil. Tidak memiliki perangkat digital, ada warnet. Nah, ketika semua aktivitas cukup dilakukan di rumah saja, sebenarnya warga tinggal membiasakan penggunaan fasilitas internet. 

Pandemi Covid-19 ini telah mengajarkan dan menanamkan rasa percaya diri kepada para orang tua bahwa mereka bisa menjadi guru bagi anak-anaknya sendiri. Dengan sekolah dari rumah orang tua berkesempatan menyampaikan pelajaran dari guru-guru anak-anak mereka. Orang tua didorong menambah wawasan pengetahuannya. Kesempatan belajarpun ada. Aturan bekerja dari rumah ( work from home) memberi ruang bagi orang tua untuk mencari ilmu pengetahuan mendampingi belajar anak. Bantuan paketan data internet anak dari pemerintah bisa dimanfaatkan pula oleh orang tua. Bantuan pemerintah kepada warga terdampak covid-19pun bisa disisihkan untuk modal menambah pengetahuan. Orang tua juga bisa mengikuti webinar gratis yang bertebaran selama pandemi Covid-19. Nah, sangat mudah dan sangat mungkin orang tua lebih cerdas daripada sebelum pandemi Covid-19, bukan?

Pandemipun mengundang para praktisi, profesional, dan para ahli berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman mereka di ruang maya bernama zoominar atau webinar (Synchronous Learning). Mereka layaknya relawan kemanusiaan tapi ini menjadi relawan berbagi ilmu pengetahuan. Diundang kegiatan ini itu oleh komunitas, organisasi masyarakat, lembaga sosial dan lain-lain tanpa honor dan tanpa uang transportpun bersedia. Bahkan ada pula di antara mereka yang memiliki inisiatif membuat webinar gratis melalui komunitas atau organisasi mereka. 

Kegiatan webinar DPP Forum Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional

Lembaga pendidikan juga bisa menghadirkan narasumber dari luar negeri sebagai tutor tamu dalam proses pembelajaran di sekolahnya. Ini karena adanya kebebasan memberi materi pelajaran kepada siswa sesuai SE Mendikbud No 4 tentang Kebijakan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Covid-19. Guru, tutor atau pendidikan di sekolah formal dan nonformal tidak harus mengejar ketercapain kurikulum. Amanah SE tersebut agar pembelajaran diberikan untuk memberi pengalaman belajar bermakna selama pandemi Covid-19.

Jika webinar diselenggarakan instansi pemerintah, panitia bertanggung jawab atas biaya pemakaian paketan data internet peserta webinar. Bahkan ada pula yang memberi uang harian, fasilitas peserta berupa headset dan tripodpun disediakan. Webinar yang diselenggarakan pemerintah jika melibatkan lembaga swasta, lembaga tersebut akan mendapat fasilitas pinjaman room meeting misalnya aplikasi zoom cloud. Fasilitas ini tentu bermanfaat bagi lembaga mitra tersebut. Fungsinya dapat melangsungkan kegiatan di mana selama pandemi Covid-19 ada kekurangan dana operasional tersebab dialokasikan ke belanja lainnya. Zoom cloud berbayar yang dipinjami pemerintah ini bermanfaat untuk livestreaming zoominar di aplikasi sosial media sehingga lain waktu bisa menjadi rujukan jika dibutuhkan (Asynchronous Learning).

Pembelajaran K3 di PKBM Bestari (asynchronous learning)

Pandemi Covid-19 memungkinkan para warga yang berperan sebagai praktisi, profesional, ahli di bidang tertentu dikenal masyarakat luas karena media mudah menemukan mereka melalui mesin pencarian di google. Media tidak mengandalkan rekomendasi pihak tertentu untuk mendapatkan narasumber. Dikenal masyarakat akan menjadikan diri lebih bersemangat dalam memberdayakan diri di tengah masyarakat.

Pandemi ibaratnya etalase yang menyajikan kebutuhan manusia agar lebih bermakna. Ingin menajamkan bakat menulis, bisa gabung webinar menulis, gabung di komunitas penulis, mengikuti tantangan menulis. Era pandemi, tawaran ini bertebaran di sosial media. Warga tinggal pilih, yang berbayar atau gratis. Kuncinya, berkawan dengan teman yang tepat di sosial media untuk mendapatkan informasi tanpa susah payah dan menambah wawasan lain yang bermanfaat. Sosial media di tangan orang yang cerdas menjadi alat memperkaya pengetahuan, menguatkan keberdayaan bahkan membantu menyukseskan orang lain.

Ingin menyeriusi minat di dunia fotografi, bisa membuat pancingan informasi berupa foto untuk diunggah di sosial media dengan caption,

" Sedang belajar food photography". Sesaat akan muncul komentar teman sosial media merekomendasikan ke mana harus belajar fotografi. Mereka akan menyebut akun sosial media yang sedang menyelenggarakan kelas fotografi. Kuncinya, menjalin pertemanan yang bermutu di sosial media menjadikan diri lebih bermakna dan berdaya dalam mejalani dinamika hidup.

Ruang maya di masa pandemi ini telah mengantarkan guru yang tak pernah ditugaskan ke mana-mana bisa menjangkau luar pulau untuk mengikuti webinar gratis. Bisa jadi, hari ini webinar di Balikpapan, keesokan harinya bertemu mendikbud melalui livestreaming youtube di mana mendikbud di ibukota negara. Pandemi menjadikan pribadi kurang pergaulan, kurang wawasan berkembang lebih baik lagi wawasan dan pergaulannya.

Ruang maya di masa pandemi mengantarkan siswa Paket C masuk ruang zoominar Universitas Airlangga Surabaya tanpa sungkan dan bernyali besar. Sebelum pandemi, datang ke acara kampus bagi siswa Paket C atau sederajat pasti perlu banyak peetimbangan. Pertimbangan waktu, biaya transportasi, biaya kegiatan, tenaga, dan nyali percaya diri memasuki dunia kampus yang masih di anggap menara gading oleh khalayak.

Karena pandemi, guru lebih kreatif menciptakan konten youtubenya untuk memenuhi kebutuhan belajar siswanya. Blognya semakin sering dikunjungi karena berisi artikel materi pembelajaran. Guru mengungkit semangat siswanya dalam memanfaatkan perangkat digital melalui penugasan siswa dalam bentuk video, karya fotografi, makalah untuk disetor ke guru. Penyetoran tugaspun beraneka ragam caranya. Ada yang menugasi siswanya untuk mengunggah karyanya di sosial media sambil menyertakan tagar tertentu ada pula cukup dikirim melalui google classroom. Cara-cara seperti itu dilalui guru agar siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan. Selain itu upaya guru memaksimal pembelajaran yang berbasis digital.

Gara-gara pandemi semua warga memiliki banyak waktu di rumah. Ini kesempatan bagi warga untuk mengembangkan aktivitas berkebun, beternak, dan lain sebagainya. Marak di sosial media, para warga mengisi waktu di rumah dengan misi gerakan ketahanan pangan. Ramai-ramai mereka menanam tanaman sayuran yang cepat panen. Jika mereka tak punya lahan, mereka bertanam metode hidroponik. Panen melimpah, wargapun berbagi kepada tetangga mereka. Sekali berlayar, dua tiga pulau terlewati, mengisi waktu luang, menjaga ketahanan pangan, dan bersedekah kepada sesama. 


Bagi orang tua pendidik, pandemi adalah kesempatan berharga mengukir prestasi anak. Mereka lebih banyak waktu menerapkan strategi mengeksplorasi bakat dan minat anak. Saatnya orang tua menyiapkan anak memiliki sikap mandiri, termasuk mandiri secara finansial. Karena sama-sama memiliki waktu luang di rumah, anak bisa diajak terlibat dalam kegiatan orang tua. Anak yang suka mengoperasikan perangkat digital bisa diberdayakan sebagai siswa magang yang memasukkan soal-soal ujian di google form. 


Maka sejatinya pandemi bukanlah peristiwa yang menakutkan saja, tapi ada hikmah di dalamnya. “ Tidaklah Allah menciptakan sesuatu itu sia-sia melainkan ada hikmahnya” ( Q.S Al Imran:191)



Komentar

Postingan Populer