Belajar Fotografi Gara-Gara COVID-19



Wabah Corona di dunia ini tidak hanya meninggalkan kesan dan rasa duka bahkan kesengsaraan hidup. Jika dihitung satu demi satu rasanya tak mampu juga menyebutkan apa saja hikmah di balik wabah Corona ini.

Menghabiskan waktu di rumah saja dengan kegiatan ilmiah terkait profesi hidup pasti banyak terlaksana, baik gratis maupun berbayar semua laris manis.

Tak kalah maraknya dengan webinar topik-topik terkait tugas profesi, ada pula workshop atau pelatihan yang sifatnya mengolah kegemaran memotret dan dipotret.

Sebut saja namanya fotografi. 

Pelatihan atau workshop atau kursus fotografi dengan level yang bertingkat banyak juga peminatnya. Meskipun berbayar, jumlah peminatnya tidak  pernah surut.  Untuk mengisi waktu dan  menghilangkan kebosanan di masa pandemi Covid-19 ini, fotografi adalah kegiatan yang cukup menghibur dan ada banyak manfaatnya.

Seseorang yang paham seni fotografi, tak sembarangan ambil gambar melalui kameranya. Segala teknik pasti dipertimbangkan agar karyanya bernilai baik. Misalnya pada  teknik dasar fotografi, ada yang namanya teknik high key photography, low key/ dark mode photography,  frog eye angle, flat lay photography, eye level, dan macro texture.

Teknik high key photography adalah foto yang lighting-nya over tapi tetap fokus dan bagus. Sementara low key atau dark mode photography kebalikannya dari high key photography yaitu  teknik foto dengan pencahayaan yang minim. 

Adapun teknik memotret yang pengambilan objek untuk difoto dilakukan dengan tiarap bahasa jawanya 'dlosor' sehingga objek yang difoto nampak megah dan tinggi disebut dengan teknik frog eye photography.

Flat lay photography adalah teknik memotret dari atas objek yang difoto. Sedangkan eye level atau normal angle adalah teknik pengambilan objek dengan angle netral.

Teknik berikutnya adalah macro texture. Ini adalah teknik pengambilan objek yang sangat dekat untuk mendapatkan detail yang tinggi. 

Mempelajari teknik memotret itu hasilnya bisa dimanfaatkan saat memotret produk untuk dijual, untuk mempromosikan produk barang dan jasa sehingga meyakinkan calon konsumen.

 Karya fotografi yang bagus pun mengandung nilai jual. Cukup di rumah saja, pemilik karya fotografi bisa memajang karyanya di situs (1) fotolia.com, (2) Shutterstock.com, (3) dreamstime.com, dan masih banyak yang lainnya. Situs-situs seperti itu memfasilitasi penggunanya untuk menjadikan karya fotografinya bernilai jual.

Masih beranggapan bahwa belajar fotografi di masa pandemi Covid-19 ini hanya buang-buang waktu, tenaga, dan  uang? Buang jauh-jauh pikiran tersebut, terus produktif agar hati tetap bahagia, pikiran tetap kreatif!

Saya upload juga di Kompasiana


Komentar

Postingan Populer