Tetap Bersyukur dalam Terpaan Cobaan




Sepuluh harian ini, abinya anak-anak kondisi kesehatannya kurang baik. 

"Musimnya orang sakit.." Orang-orang di sekeliling saya mengatakan begitu. 


 Obat  penghilang  sakit perlu beli dengan dosis yang tepat. Mengudang dokter atau tenaga medis, saya masih pikir-pikir. Takut kalau nanti tenaga medis tersebut carrier.  Saya mulai galau. Kalau sebelum ada pandemi, kondisi seperti ini langsung saya bawa ke layanan kesehatan masyarakat bahkan ke rumah sakit. Sekarang saya mikir kalau membawa ke rumah sakit, selain kondisi saya juga kurang sehat, berjumpa dengan banyak pasien di sana, pastilah membuat saya was-was.


Alhamdulillah, ada sahabat baik mengirim kami obat-obatan sesuai keluhan kami ( saya dan suami). Dikirim sampai tiga kali, dan disiapkan juga bahan untuk diolah sendiri. Obat tersebut dari sahabat saya salah satu keluarga pesantren di daerah saya. Tidak sekadar ramuan obat, tapi juga ada doa-doa dalam obat herbal tersebut. Obat herbal ini menjadi salah satu obat dari sekian obat herbal yang rutin beliau konsumsi.


Urusan obat telah terpenuhi, masih ada urusan kebutuhan gizi kami. Selama sakit, otomatis kebutuhan gizi tidak lagi sama dengan sebelum kondisi terkini, terutama abinya anak-anak. Makan apa saja tak bisa masuk. Minta makanan ini itu  terpikir dalam benak beliau mungkin enak, setelah disajikan ternyata tidak sesuai dengan harapan, begitu seterusnya. Alhamdulillah, saya sendiri meski kondisi kurang sehat, urusan makanan tidak rewel, tetap lahab memakan makanan yang ada di hadapan saya.


Ketika kondisi kami belum pulih, si bungsu sakit juga. Sudah berlangsung tiga hari ini. Jadi tambah repot diri saya sebagai emak yang konon katanya paling bisa melaksanakan multitasking. Kondisi belum sehat, serumah sakit pula. Tanda-tanda tugas rumah tangga menumpuk.


Tentu saja, kesibukan rumah tangga tidak saja merawat orang-orang sakit, tapi juga ada kesibukan menjaga kebersihan rumah, kebutuhan belanja ke luar rumah, dll.


Lagi-lagi saya bisa menemukan kasih sayang Allah SWT dalam kesedihan saya tesebab anggota keluarga sakit semua. Ternyata saya tidak begitu lelah dengan tugas-tugas tersebut. Semua saya wakilkan ( selagi saya terbentur dengan keterbatasan saya). 


Konsekwensi dari keterwakilan ini ongkos kerja pasti dibutuhkan. Syukurlah pada kondisi seperti ini pendapatan keluarga lebih besar dari biasanya. Ini saya pahami bahwa selalu ada solusi saat Gusti Allah memberikan cobaan kepada hambaNya.


 Honor dari sekolah ada peningkatan, dapat honor dari tugas sebagai narasumber pula. Urusan pulsa yang selalu dibutuhkan dalam komunikasi dan kerja juga dapat subsidi dari kegiatan daring yang saya ikuti. Saya juga sempat berkali-kali berbagi pulsa kepada kedua anak saya.


Cucian kotor saya kontak jasa laundry. Saya butuh belanja kebutuhan makanan, obat-obatan, dan belanja apa saja, saya kontak jasa 'palugada'. Beli obat tinggal SMS ke apotek juga bisa. Butuh makanan yang sesuai selera si sakit, tinggal SMS/ telp. Jadi, saya di rumah yang juga sakit tetap bisa beristirahat. Cuma 2 hal pekerjaan yang sulit untuk diwakilkan : membersihkan rumah dan korah-korah. Tetap saya kerjakan sendiri walau kondisi kurang sehat.

::::

Deskripsi foto: peserta didik Paket C mengantarkan pesanan saya. 

Jadi, ketika kami mau beli apa saja, tinggal komentar di WAG Bestarimart, pedagang yang notabene peserta didik, wali murid, tendik, dan PTK PKBM Bestari pasti ada yang bisa memenuhi kebutuhan kami ini.

Komentar

Postingan Populer