Penjara Itu Namanya "Merdeka Belajar"




Siapa bilang konsep Merdeka Belajar itu membuat semua praktisi pendidikan merasa bahagia dan lega? Mereka ada juga yang bingung atau bahkan tak "ngefek" pada kinerja berikutnya. Boleh jadi itu hanya slogan yang diutarakan Mendikbud baru pada Hari Guru Nasional tahun 2019 ( HGN tahun 2019).

Merdeka Belajar menurut penjelasan Mendikbud adalah unit pendidikan yaitus sekolah guru-guru dan muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengenal-konsep-merdeka-belajar-dan-guru-penggerak. Lalu, apakah di lapangan, di masing-masing unit pendidikan konsep ini menjadi angin segar yang membuat kegiatan belajar mengajar lebih berwarna karena memanfaatkan kebebasan ini dengan kreativitas dan inovasi? Entahlah.

Meskipun perangkat pembelajaran disederhanakan menjadi selembar kertas RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) masih kita temui guru yang mencari contoh RPP tersebut sehingga tinggal mengganti identitas sekolah. Kita juga masih menyaksikan pengawas sekolah atau penilik sekolah atau asesor akreditasi tidak sepakat dengan konsep perangkat mengajar guru yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan instansi terkait. Ini masih urusan perangkat pembelajaran. Belum lagi tentang media pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, konten atau materi pelajaran, modul atau buku pelajaran, format penilaian hasil belajar dan butir soal evaluasi belajar. Mana dulu yang dimerdekakan? Saya sebagai praktisi pendidikan merasa penting untuk dimerdekakan bersama-sama. Tidak ada satu dengan yang lainnya bergantian untuk merdeka demi memenuhi konsep Merdeka Belajar agar terealisasi sesuai harapan.

Jika pengelola menyiapkan sekolahnya menjadi sekolah yang menerapkan Merdeka Belajar, apakah warga sekolah lainnya siap? Yayasan telah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan metode pembelajaran terkini dan menyenangkan dengan biaya yang tak murah, sesampainya kembali dari pelatihan, apakah guru akan menerapkan langsung? Apakah menunggu komando dari yayasan/ pengelola sekolah? Karena dianggapnya ikut pelatihan hanyalah menggugurkan kewajiban.

Jika guru memiliki segudang ide gagasan untuk membuat kegiatan belajar menjadi hidup dan tepat guna ( bermanfaat dalam kehidupan murid dan lingkungannya) bahkan telah mewujudkan dalam kegiatan belajar mengajar, sudahkan didukung oleh pengelola sekolah, kepala sekolah, dan dinas terkait dengan pemberian apresiasi? Tak ada itu yang namanya negative thinking kepada guru tersebut misalnya ketakutan kepada guru kreatif dan inovatif tersebut menjadi tidak taat dengan ketentuan belajar mengajar di sekolah. Guru yang sedang menerapkan hasil inovasinya dianggap aneh, merepotkan murid, menambah budget anggaran belanja sekolah, dan merepotkan wali murid.

Merdeka Belajar itu membebaskan, membebaskan praktisi pendidikan agar lebih keren lagi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bukan bebas melaksanakan proses pembelajaran sesukanya. Tugas mandiri bejibun karena merdeka belajar, kasihan muridnya. Murid disuruh membaca buku atau Lembar Kerja Siswa ( LKS) di google classroom hanya dengan petunjuk " Baca Halaman berikutnya!" Bagaimana murid termotivasi belajarnya? Bukan itu yang dimaksud dengan Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar itu, memanfaatkan kebebasan bisa menyusun materi pelajaran dalam sebuah modul atau buku karya sendiri. Tak lagi fokus pada LKS atau satu dua buku paket atau modul yang belum tentu mengakomodasi kebutuhan belajar murid. Selain itu, Merdeka Belajar itu menciptakan media pembelajaran yang membantu memudahkan pemahaman belajar murid. Baik berbahan baku murah atau mahal semuanya butuh 'effort'. Merepotkan bukan? Kalau sudah ada LKS, kalau sudah ada modul, kalau sudah ada buku paket, mengapa repot-repot membuat bahan belajar lainnya? Terjebaklah dalam kekakuan, dalam keterbatasan, dan dalam kemalasan berkedok memanfaatkan bahan belajar yang sudah disiapkan bertahun-tahun tanpa revisi isi yang menyesuaikan kondisi terkini.

Penilaian hasil belajar, dalam bentuk apapun, dibuat oleh guru yang kreatif atau belum kreatif meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu mengukur ketuntasan belajar, akan berkesan berbeda. Penyajian soal atau tugas yang kreatif jauh lebih berdampak baik ketimbang hanya menjawab soal-soal dengan ciri soal yang sudah bisa ditebak dari tahun ke tahun. Lebih memprihatinkan lagi, memanfaatkan google form untuk menyajikan soal, agar soal berbeda dari peserta ujian lainnya nomor soal diacak. Mengacak nomor soal yang memiliki keterkaitan dengan nomor sebelumnya mengaburkan pemahaman peserta ujian/ murid akhirnya murid menjawab soal sekenanya, karena soal tidak jelas.

Jadi, merdeka Belajar itu merepotkan ya? Menjauhkan praktisi pendidikan (khususnya guru) dari pikiran dan perilaku PW ( Posisi Wenak) santai. Cukup yang repot murid saja dengan tugas Google Classroom yang banyak sekali dengan konten pelajaran monoton. Padahal kalau mau menengok link sumber belajar banyak yang bisa dimanfaatkan dengan gratis, dari website atau video. Murid pun bisa menjadi sumber belajar. Tapi, karena mindset-nya berpikir 

"Begini saja murid sudah paham dan menerima pelajaran, kenapa harus bikin lagi". 

"Merepotkan, praktisi / guru harus belajar lagi".

"Menyita waktu guru untuk kegiatan di luar dunia pendidikan"

Maka Merdeka Belajar sesungguhnya menjadikan praktisi pendidikan tak nyaman mengisi aktivitas bidang pendidikan. Merdeka Belajar menjadi konsep yang memenjarakan mereka. Biasanya tergantung oleh satu dua sumber belajar, Merdeka Belajar menuntut lebih inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar. Awalnya tinggal copy paste karya, Merdeka Belajar mengkondisikan praktisi pendidikan membuat media belajar yang up to date dan menarik minat belajar murid. Merdeka Belajar memungkinkan belajar bisa di mana saja, merepotkan guru yang senang belajar di dalam kelas. Merdeka Belajar menyebabkan guru dan praktisi pendidikan lainnya tak bebas lagi melanggengkan budaya lama, karena mereka harus inovatif dan kreatif.

Saya guru dan pengelola pendidikan. Catatan ini juga menyentil saya sendiri.







Komentar

Postingan Populer