Selamat Hari Aksara Internasional ke-55 ( 8 September 2020)


Oleh Astatik Bestari


Dicanangkannya Hari Aksara Internasional oleh UNESCO   pada tanggal 8 September  berawal dari konferensi dunia menteri pendidikan untuk pemberantasan buta aksara di Teheran Iran 8 September 1965. Pemerintah Iran usul kepada UNESCO agar memberi hadiah literasi internasional kepada pegiat literasi yang berjasa dalam perjuangan melawan buta huruf. 


Perjuangan melawan buta huruf di Indonesia salah satunya melalui  program pendidikan Keaksaraan Fungsional ( KF). PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Bestari pernah melaksanakan program ini pada tahun 2009 sampai tahun 2015.


Enam literasi dasar ( literasi baca tulis, literasi financial, literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, dan literasi kebudayaan dan kewargaan) menjadi ruh materi pelajaran pendidikan Keaksaraan Fungsional ini. Namun masih sedikit menyentuh literasi digital. Hal ini karena waktu itu kepemilikan gawai di kalangan Warga Belajar (WB) masih minim. 


 Kegiatan pembelajarannya ada baca tulis, berhitung dan ketrampilan. Materi pelajaran memperhatikan kearifan lokal masing-masing daerah atau tempat tinggal WB. Kelompok belajar terdiri dari 10 anggota masyarakat yang didata pengurus  PKBM bekerjasama dengan tokoh masyarakat, kader posyandu, dan mereka yang peduli dengan pendidikan di lingkungannya. Setelah tahun 2010, pendataan calon WB bersumber dari data BPS ( Badan Pusat Statistik) . Warga masyarakat yang mengikuti program KF syaratnya belum pernah mengenyam pendidikan SD atau sederajat dan usia 15 tahun - 50 tahun.


 Waktu belajar ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara warga belajar dan tutor keaksaraan. Seringkali pelaksanaan kegiatan belajar pada siang hari, sore hari atau malam hari. Pagi hari adalah waktu bekerja bagi para WB. Masa belajar WB KF ini enam bulan. Program belajar enam bulan  untuk program KF Dasar. Setelah KF dasar ada KUM ( Keaksaraan Usaha Mandiri) , masa belajarnya tiga bulan.  Indentifikasi kebutuhan belajar WB  satu program pembelajaran ditentukan pula saat musyawarah penentuan waktu belajar. Sama dengan proses belajar program pendidikan di lingkup Kementerian Pendidikan lainnya, program ini juga ada perangkat pembelajaran antara lain  keberadaan  silabus, rencana proses pembelajaran, dan standar kompetensi lulusan. Setelah lulus pendidikan keaksaraan fungsional WB memperoleh SUKMA ( Surat Keterangan Melek Aksara).


Salah satu karya warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional ini adalah tas tali kur yang saya pakai dalam foto ini. Tas rajut tali kur tersebut dibuat pada program pendidikan keaksaraan fungsional tahun 2012. Sampai sekarang tas masih sering saya pakai. Diharapkan dengan dibekali keterampilan, alumni WB KF bisa mandiri secara finansial dan mampu menyumbang pendapatan keluarga. Selain ketrampilan membuat tas rajut tali kur, ada juga ketrampilan membuat sulam pita, memasak kue tradisional, membuat minuman dari bahan kedelai ( susu kedelai), membuat kerajinan dari kresek bekas, dan aneka kerajinan tangan dari kain flanel. Tidak ada patokan baku harus ketrampilan apa yang akan diajarkan kepada WB, semua didasarkan kebutuhan WB, ketersediaan bahan ketrampilan di lingkungannya, nilai kebermanfaatannya, dan akses pemasarannya. Dari kegiatan ketrampilan ini, tutor mengenalkan huruf dan bilangan. Mereka diajak berhitung merencanakan kegiatan ketrampilan. Jika mereka akan praktek memasak kue tradisional mereka diajak mencatat bahan serta harganya. Mereka juga diberi materi pemasaran produk hasil ketrampilannya.Mereka tidak hanya belajar konsep tapi langsung praktek yang menjadi satu paket belajar. Mereka juga diajak berdiskusi membahas  kabar berita seputar masalah kesehatan, pendidikan keluarga, dan bidang lain yang bermanfaat dalam memperbaiki wawasan pengetahuan mereka. Dengan demikian diharapkan taraf hidup mereka lebih baik karena memiliki ilmu dalam menjalani hidup.


Pada awal pelaksanaan program, calon WB KF menyangka bahwa mereka akan diberi bantuan uang. Maklum, program KF masih baru di lingkungan mereka meskipun daerah lain sudah melaksanakan. Dari asumsi akan dapat bantuan uang inilah, ada beberapa WB yang mengusulkan agar diadakan  tabungan WB yang disetor tiap ada pembelajaran KF. Setelah melalui kesepakatan antara pengurus PKBM, tutor, dan WB akhirnya diputuskan program menabung di kalangan WB disepakati dilaksanakan. Ketika tabungan WB ini mulai terkumpul, muncullah keinginan dari beberapa WB untuk meminjam uang tersebut. Sekali lagi pengelola PKBM mengiyakan permintaan itu. Dari sinilah akhirnya terbentuk koperasi WB KF. Melihat perkembangannya bisa membantu WB KF dalam permodalan usaha ekonominya, warga sekitar di luar program KF ikut juga menjadi anggota koperasi. Alumni KF juga bertahan menjadi anggota koperasi. Akhirnya koperasi ini platformnya tidak lagi berisi WB KF tapi siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi. Berkat WB KF, PKBM Bestari dipercaya mengelola keuangan anggota masyarakat. Koperasi yang dikembangkan adalah koperasi serba usaha. Di dalamnya ada penjualan barang elektronik seperti TV, kulkas, laptop selain ada bantuan pinjaman modal usaha. Pengurus koperasinya para tutor KF. Hingga berakhirnya program KF pada tahun 2015, anggota koperasi PKBM Bestari mencapai sekitar 850  orang dengan jumlah uang yang dikelola waktu itu sekitar Rp 450.000.000. Kegiatan koperasi ini merupakan wujud pengembangan literasi financial WB KF dan warga masyarakat. 


Program kegiatan KF ini tentunya telah menyumbang nilai Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) di daerah  lebih baik lagi. Karena program KF meliputi proses belajar yang mendukung  3 dimensi dasar terbentuknya IPM yaitu (1) umur panjang dan hidup sehat, (2) Pengetahuan, dan (3) standar hidup layak


Selamat Hari Aksara Internasional ke-55 kepada para tutor KF  alumni KF Dasar dan KUM di Indonesia. _"Pembelajaran Literasi di Masa Pandemi COVID-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan"

Tulisan ini juga diposting di website berikut ini

HAI_2020_Website_sekolah_Bestari


Juga ada di Gurusiana

Gurusiana_HAI_2020

Komentar

Postingan Populer