Pergeseran Tradisi Patrol Sahur Ramadhan

Pergeseran Tradisi Patrol  Saat Sahur Ramadhan

Mepnews.id - Kurang lebih seminggu sebelum bulan Ramadhan tiba, anak -anak dan remaja di daerah saya biasa menyiapkan bahan untuk dijadikan instrumen kegiatan rutin membangunkan warga menjelang makan sahur. Instrumen ini dibuat oleh sekelompok anak muda  dalam suatu group yang dinamai sebagai "patrol".

Bahan-bahan instrumen patrol ini antara lain botol galon air mineral, kaleng bekas, bahkan drum ( serupa kaleng tapi berdiameter kurang lebih 75cm), bekas bungkus semen dan lem yang dibuat sendiri dari  olahan tepung tapioka ( bahasa Jawanya tepung kanji).
Bekas bungkus semen ini untuk menutup salah satu sisi kaleng yang direkatkan dengan lem buatan sendiri tersebut, lalu dijemur dalam waktu beberapa hari. Sangat terasa Ramadhan begitu dirindukan jika suara -suara instrumen ini mulai ditabuh ( dipukul) untuk dicoba bunyi suaranya. Kalau misalnya suaranya tidak sesuai harapan, mereka biasa membuat lagi. Dapat dibuat tanda, bahwa jika mereka sudah sibuk membuat instrumen patrol ini, maka Ramadhan segera datang.

Saya masih ingat ketika jam menjelang makan sahur, ada group patrol yang keliling membangunkan warga untuk sahur. Mengungkapkan kata 'sahur' ada iramanya.

"Sahur... sahur... dreng ...dreng.... dreng... " suara para pemuda  dipadu dengan tabuhan instrumen patrol yang khas  diucapkan berkali kali  sambil jalan  berkeliling dengan jalan kaki pula.
 Adakalanya kalau  lewat di depan rumah saya ada panggilan begini
"Bu Tatik, sahur..."
"Bu Tatik , sahur..."
Masa masa seperti itu begitu mengesankan karena patrol sahur adanya pada Ramadhan saja.

Yang saya jelaskan di atas adalah masa masa Ramadhan dua tiga tahun yang lalu. Kini patrol tidak hanya ada saat bulan Ramadhan, tapi sudah menjadi salah satu seni yang dikembangkan oleh masyarakat yang dipadukan dengan instrumen musik modern dan diramaikan dengan aksi joget para seniman patrol baik laki -laki maupun perempuan Penyajiannya pun tidak pada waktu sahur, tapi sudah menjadi seni yang dikembangkan untuk memperkaya khazanah seni tradisional yang menghibur dan boleh jadi menambah uang saku bagi para anggota group seni patrol ini.

Rupanya, seni patrol yang sudah dimodifikasi tersebut digunakan pula oleh masyarakat untuk kegiatan membangun warga menjelang makan sahur. Walhasil, kini sering saya mendengar sayup sayup suara orgen mendendangkan lagu dangdut atau qosidah modern. Jarang sekali saya mendengar kata

" sahur... sahur... sahur... " yang saling bersahutan dengan suara instrumen khas patrol buatan sendiri.

Ada yang hilang dalam tradisi sahur Ramadhan ini;  saya sudah tidak menjumpai suka cita anak-anak yang membuat instrumen patrolnya. Mungkin memang karena mereka sibuk dengan masa kekiniannya, atau memang mereka sudah tahu diri dengan kehadiran group patrol yang lebih bonafid instrumen musik patrolnya. Entahlah, pergeseran ini kenapa bersifat mengganti, bukan saling melengkapi?

"Meski sekarang agak bergeser dengan campuran musik dangdut, biarlah. Ya karena sepi saat jam sahur itu kan mengkhawatirkan, bisa ndak bangun karena kebablasan".

Itu cara saya menghibur diri dan upaya saya mengapresiasi budaya yang berkembang di tengah lingkungan yang saya diami.

Bagaimana tradisi patrol untuk membangunkan warga untuk makan sahur di daerah Anda?

( Astatik, ketua PKBM BESTARI jombang)

Komentar

Postingan Populer