Menjaga Emosi di Saat Kinerja Bawahan Menurun

MENEKAN KEMARAHAN KEPADA BAWAHAN DENGAN MENGINGAT KINERJA BAIKNYA

Sebagaimana ketika saya piket guru di sekolah formal, saya juga mengupayakan berangkat lebih pagi ketika monitoring pembelajaran kelompok bermain yang diselenggarakan PKBM yang saat ini saya ketuai.
Sebelum para pendidik datang saya sudah ada di sekolah. Harapan saya, agar saya dapat melakukan evaluasi di dalamnya secara obyektif tanpa informasi pihak lain, meskipun hal itu juga menjadi pertimbangan.
 Sekitaran jam setengah delapan saya berbaur dengan wali murid, sementara guru-guru menyiapkan siswa untuk bersenam pagi. Saat sibuknya para guru mempersuasi siswa agar berbaris rapi, salah guru kami ada yang baru datang, Bunda Dian ( bukan nama aslinya). Beliau bersalaman dengan saya, wali murid dan siswa kami.
"Bunda Dian itu sering terlambat, Bu". Seorang wali murid dengan nada nampak jengkel  terkesan melaporkan  Bunda Dian ini. Saya agak kaget, sejenak saya senyum lalu menanggapi .
"Iya, Bunda Dian anak-anaknya masih balita, mungkin ada saja yang belum selesai dikerjakan sampai beliau terlambat, apalagi suami beliau juga mengajar...". Saya menjelaskan panjang lebar dengan harapan ada pemakluman atas ketidaktepatan Bunda Dian dalam melaksanakan tugas. Meskipun dalam hati, saya sudah terpengaruh dengan cerita wali murid tersebut.
"Hemhmm... Bunda Dian kok jadi begini, perlu diingatkan lebih keras ini". Hati saya berkecamuk antara kecewa dan berusaha untuk tenang di hadapan wali murid ini.
"Gih, mboten Bu, memang Bunda Dian malas". Sangkalnya tanpa basa basi.
Ups! Saya benar benar terkejut. Sejenak saya melihat wali murid lainnya yang mendengar percakapan kami. Ada yang berubah mimik mukanya ada yang terkesan datat tanpa ekspresi. Entahlah saya akhirnya tidak  berpikir menduga- duga.
Sejak saat itu, beberapa hari berikutnya, ada saja rasa yang ingin saya ketahui tentang Bunda Dian.
"Hari ini  guru guru datang lebih awal ya, Bunda? " Saya menanyakan kepada guru senior di  sekolah kami  via telp karena saya ada tugas mengajar di MTs.
"Gih, Bu" jawabnya di seberang telp.
"Gih, selamat mengajar" kata saya demi menyembunyikan pengawasan saya kepada Bunda Dian.
Kemarin, saat kami sosialisasi penerimaan bantuan BOP PAUD, sebelumnya sudah saya agendakan juga untuk rapat dengan dewan guru, antara lain ingin juga menanggapi keluhan wali murid beberapa minggu lalu terkait Bunda Dian.
Sebelum rapat saya juga masih ada kesempatan untuk melihat pembelajaran pagi itu.
"Yang mengantar anak anak ke kamar mandi, gantian ya, Bunda?" Tanya saya kepada Bunda Diana yang saat saya lihat cukup repot dengan seorang siswa kami yang BAB.
Beliau ambil air dari tempat cuci tangan istilahnya "ngangsu", karena baru saya tahu kran di kamar mandi rusak.
Lalu beliau membersihkan/ cebok siswa tersebut, merapikan celana dan sepatunya, lengkap, akhirnya siswa kami rapi kembali.
Duh, melihat pemandangan itu, jebol pertahanan saya yang ingin ngajak ngomong serius perihal kritikan wali murid yang lalu itu...
Saat rapat wali murid berlangsung, selain sosialisasi tentang penggunaan BOP PAUD, saya juga paparkan tugas guru dan saya ceritakan juga kesan baik saya terhadap kinerja dewan guru,termasuk kesan saya kepada Bu Dian.
" mohon doanya gih, guru-gurunya putra putri Ibu ini sabar dan cerdas dalam mendidik anak anak.." Saya mulai intro untuk memulihkan nama baik Bu Dian.
" tadi pagi, saya lihat Bunda Dian sibuk ngatur anak BAB karena kran rusak, semoga Bunda Dian sabar gih, Bu?" Saya ajak wali murid untuk ikut simpatik dengan kinerja Bu Dian.
"Gih, Bu... Aamiin..."Para wali murid menjawab serentak.
"Begitu pula, guru- guru lainnya... ini tadi Bunda Dian juga bercerita kalau Bunda Anis yang masih single ini "tatag" kalau membersihkan BAB anak anak...." panjang lebar saya mengapresiasi kinerja guru di depan wali murid. Hal ini demi kepercayan wali murid kepada dewan guru terjaga, saya juga menebus rasa salah saya berprasangka tidak baik kepada  mereka perihal kinerjanya.
Mungkin, ini kesekian kalinya, ketika saya hendak menegur keras team kerja saya, ada saja cara Gusti Allah agar saya tidak marah dan tidak berlarut kecewa ;saya selalu diingatkan akan sekian banyak kinerja baik mereka.
Begitulah, saat rapat dewan guru berlangsung semua  saya ungkapkan dengan santai bahkan dengan guyonan termasuk kritikan wali murid kepada Bu Dian.
Evaluasipun saya sampaikan dengan santai.
Semoga beliau-beliau senang bekerjasama dengan saya.
http://mepnews.id/category/citizen/

Komentar

Postingan Populer