Catatan Tentang UAS

UAS ( Ujian Akhir Semester) Tidak Menakutkan. Yakinlah itu,Ayah & Bunda.

"Umi, adik tadi ujian" Suatu kali, datang dari sekolah bungsuku  bercerita. Sambil menggganti baju seragam dengan baju rumahnya aku menanggapi antusias. " Oh,ngge ta? Terus bisa mengerjakan?" Ia senyum-senyum.
 " Tadi ada yang tidak bisa, terus adik tanya teman-e adik". Kuikuti langkahnya ke kamarnya.
 " Meski  Adik tidak tanya ke teman,  tidak apa-apa kok, bilang saja sama bu guru kalau adik tidak bisa mengerjakan". Aku merespon ceritanya ringan saja. Mengajarinya jujur sejak dini itu enak ya, Ayah & Bunda?
 Cerita itu diulanginya lagi kepada abinya pada sore harinya.
Memangnya, TK menguji kemampuan akademik juga? Cobalah Ayah dan Bunda tanya pada guru anak anak, sudah layakkah anak anak ada tes akademik ? Kalau kurang puas, coba browsing tentang kurikulum TK/ PAUD, Ayah dan Bunda akan mengatahui bahwa anak anak usia TK kegiatan pembelajarannya lebih ditekankan pada motorik halus, motorik kasar, moral agama dan sosial. Coba deh datang k sekolah untuk mengetahui hal ini.
...
Berikut ini cerita tentang Si Sulung yang duduk di kelas 5 waktu itu.

"Kakak sekarang ujian semester ya?"    tanyaku  suatu sore usai ia mengaji. "Enggeh" Jawabnya singkat sambil berlalu ke kamarnya.
 "Sudah belajar,Kak?" Tanyaku lagi. Ia muncul dari kamarnya sambil tersenyum saja. Hemhmmm... tahu banget aku, memang ia tidak pernah belajar. Aku juga tidak memaksanya untuk belajar, yang penting waktunya mengaji ia berangkat ngaji, pagi 04.00 sebelum sholat subuh ia berangkat ke pondok, pulang sekitaran jam 06.00.
Ya begitulah ketika waktunya sholat,ia berangkat sholat, nawafil juga jalan walau masih sholat dhuha saja. Puasa romadhonnya tidak bolong-bolong.Ia selalu berangkat ke sekolah setengah jam sebelum bel masuk padahal jarak rumah dengan MInya kurang dari 1/2km. Orangtuanya, kami maksudnya kalau ada kerepotan juga dibantu. Sepulang ngaji ia nyapu rumah dan halaman, walaupun nanti juga kusapu lagi  sekiranya ia sudah sampai di sekolahnya. Senang melihat masih kecil bisa bantu tugas rumah kami. Saat ia lulus MI lanjut mondok jauh dari rumah,  adiknya berujar " Kalau tidak ada kakak, ndak enak, adik tidak ada yang membela kalau ada teman e adik yang nakal sama adik.." Teman-temannya merasa nyaman bersamanya. Kukatakan begitu karena tidak pernah kudengar ia terlibat pertengkaran dengan teman-temannya. Alhamdulillah, terkadang sayup-sayup kudengar ia berdendang nadhoman, entah itu diajarkan di pondoknya atau di madrasahnya.
Ayah &Bunda,
Jaman mereka tidak sama dengan jaman kita, ia sudah bisa belajar banyak hal di luar sekolahnya. Informasi yang mereka terima juga dari arah manapun.
Boleh jadi, ilmu pengetahuan yang mereka dapat di luar sekolah lebih canggih dan lebih update ketimbang yang mereka peroleh di sekolahnya. Sehingga peristiwa apapun yang mereka lalui pasti istimewa, bukan hanya UAS  dan ujian ujian sekolah saja ya,Ayah & Bunda?
Anak anak kita, saatnya dibekali ahlaq bagaiamana ia mengikuti perkembangan jamannya. Begitu mungkin ya,Ayah & Bunda?

Ini sekelumit upayaku bersama abinya anak-anak kiranya kami tidak terlena dengan tuntutan rutin semester dari sekolah.
Kami hormati aturan sekolah, namun kami juga tahu prioritas bagi anak anak kami.

 Robbanaa, hablana min azwajinaa wadhurriyatinaa qurrota 'ayun waj'alnaa lil muttaqinaa imamaa , 9 Desember 2016

"Anakku, Life is never flat"

Saya masih ingat, bagaimana ayah saya menyikapi kesedihan saya ketika nilai ulangan harian saya tidak sesuai harapan.
" Tidak apa-apa, Rasulullah SAW juga tidak selalu menang dalam peperangannya...". Begitulah beliau menenangkan dan menghibur saya kala itu.Ternyata ungkapan seperti itu saya tiru dalam mendidik anak-anak saya.

Dulu, ketika Sulung saya nyantri di pesantren Pakdenya dekat rumah, masih beberapa hari, dia tiba-tiba pulang dengan menangis. "Kepalanya kakak dilempari nasi sama temannya Kakak..." Ia bercerita sambil sesenggukan. "Kakak, Rasulullah itu orang yang sudah jelas disayangi Allah, itu saja masih dilempari kotoran hewan oleh orang yang tidak menyukai beliau, beliau sabar, tetap berjuang...." Ia diam. Sorenya, ia disuruh kembali k pondok oleh abinya. Kini, ia sudah mondok jauh dari rumah kami, tidak lagi manja; cerita Pak Kyainya ia lebih bijak di antar teman sebayanya. Wallahu 'alam.

Cerita lain tentang Bungsu kami yang saat ini mengaji al-Qur'an dan belajar agama bersama saya, saya motivasi agar ia juga belajar hal tersebut di pesantren dekat rumah, pesantren Pakdenya juga sama seperti kakaknya dulu. " Adik takut kalau ndak bisa, terus dimarahi lho, Mi." Jawabnya menampakkan kegalaunya.
"Cuma dimarahi kan,Dik? Rasulullah yang disayangi Allah saja, masih dilempari batu oleh kaum Thaif, diludahi oleh orang kafir, ketika yang meludahi sakit, Rasulullah nyambagi orang tersebut..." Si Bungsu terdiam juga mendengar paparan saya ini. Harapan saya cara pandangnya terbuka luas dalam menyikapi dinamika hidupnya, bahwa 'life is never flat'. Kini  saya tinggal menunggu ia menerima permintaan saya agar  mengaji di luar rumah, berbaur dengan teman sebayanya. Saya memberi waktu , "setelah menerima raport semester ganjil ini, Jangka mengaji di pondoknya Pakde Mas'ud ya?" Beberapa waktu lalu saya mengungkapkan hal itu.

Anak-anak kita sama seperti kita, suatu saat berada pada situasi yang tidak mereka inginkan. Menenangkan mereka dengan cerita logis dan penuh keteladanan dari tokoh-tokoh dunia nampaknya lebih bijak dan menyentuh relung hatinya, sehingga menjadi penguat baginya dalam menapaki hidup di dunia yang selalu memberi kepastian bahwa cobaan itu pasti ada.
17 Desember 2016



Komentar

Postingan Populer